Jumat, 17 Oktober 2025

CANDRADESA KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INMDRAMAYU

 

Kejadian ke dua di Losarang

Zaman perkembangan di Indonesia tahun 1518-1942.

Kerajaan mataram berdiri tahu 1586. Pada pemerintahan Sultan Agung antara tahun 1613-1645. Di Jakarta sudah berdiri V.O.C atas persetujuan John Van Oldenbarneceldt tahun 1602 Jakarta jadi Batavia. Tentara Mataram menyerang Kompeni tahun 1628 yang lamanya dua bulan. Karena Kompeni persenjataannya lebih lengkap dan modern penyerbuan gagal. Tahun 1629 menyerang kembali Bau Rekso Bupati Kendal tiwas dalam pertempuran, lumbung-lumbung persediaan makanan tentara Mataram dibakar Coen akhirnya tentara mataram mundur. Hanya lumbung dalem di Pekandangan Indramayu yang tidak terbakar.

Tentara mataram yang pulang dari Batavia karena kalah perang tidak terus kembali ke Mataram, lebih baik tinggal di tanah bagian Mataram sebelah barat yaitu di daerah Indramayu/Losarang pada kampung-kampung yang dikiranya aman. Di tempat ini mereka masih membawa persenjataan seperti tombak, keris, dan lain sebagainya. Justru itu dimasyarakat masih terdapat senjata keturunan nenek moyangnya yang dirawat baik. Di tempat ini mereka sambil mengatur siasat , mereka berkerumun sambil memakai sarung karena selesai sembahyang. Tempat ini disebut tempat berkerumun yang akhirnya berubah jadi kata desa Krimun.

Karena persediaan makanan mereka semakin habis, orang-orang yang kebetulan lewat membawa perbekalan yang dikiranya untuk dikirim ke Kompeni, dirampas yang melawan dibegal seolah-olah perang bergerilya. Lama kelamaan kampung ini disebut kampung Sarang tempat penyamun berkumpul sampai tahun 1930 an masih banyak penyamun yang merampas/membegal perbekalan kepada orang-orang yang kebetulan lewat daerah krimun atau Losarang.

Berita ini suaranya semakin meluas atau menjadi gemuruh gumuntur seperti halilintar menyambar mangsanya, terdengar kemana-mana. Terjadilah nama Gumuntur yang akhirnya jadi kampung Muntur, dalam candra desa pada lontar dikatakan “ SEKAR PUNTANG KRIMUN PENDAWA JANGGA, GUMURUH GUMUNTUR MANGSA RANDEGA”. Daerah ini dianggap daerah orang yang sudah kesarang, sulit untuk diliwati musuh/lawan.

Salah satu wali asal Karawang yang bernama Haji Abdul Fatah Walakiah lewat ketempat ini selamat, akhirnya ia menetap di Muntur dan ingin menolong kepada siapa saja yang memintanya, ia mengatakan dengan bahasa Sunda Karawang: “BADE NGANTEUR KANU SIEUN, NULUNG KANU SUSAH”. Sesudah itu kampung Sarang sejak tahun 1771 dipecah menjadi dua, yaitu Muntur dan Krimun karena daerah ini mulai diduduki tuan-tuan tanah Belanda. Gedong Demang Losarang dibuat tahun 1777, oleh Belanda. Waktu itu Zaman Kobokan, artinya setiap orang habis membawa kerbau yang dianggap berpenyakit, pulangnya harus mencuci tangan dengan air karbol pada kobokan.

Demikian perjalanan Ki Kuwu Sangkan dalam menyebarkan agama islam pada abad ke 16 sampai kepada tuan-tuan tanah Belanda. Dikisahkan dalam lontar:

BUBARE SING PAREAN

DESA SANTING KEGUNTURAN

KRIMUN CAKET NING MARGI

PUNTANG KANDANG SAPI

KEDEPOK NIN PINGGIR SUMUR

KARANG ANYAR ARIS JANGGA

RANCAGUNDA KALINE MATI

LOGOG GEMPOL WONG PEGAGAN

NABUH BARENG SOR KENDAYAKAN

 

DESA JUMBLENG KEBON JAMBU

BETOKAN NING PINGGIR KALI

KARANG MALANG KALI PENDAWA

KEDEPOK NING KALI ASIN

WONG RANCAGUNDA PATING GELETAK

KALI WARU KALINE MATI.

Demikian bahasa lontar menunjukkan suka duka dalam perjalanan tiap-tiap daerah situasi dan kondisinya lain-lain, bahkan pernah juga Ki Kuwu Sangkan dalam melaksanakannya, kadang-kadang tugasnya dibarengi dengan kesenian. Seperti kesenian Trebang. Contoh tari trebang yang dilakukan Ki Kuwu Sangkan dalam mengembangkan agamanya, orang dilarang pergi jauh pada hari sabtu. Susunan tari trebang:

1.      Tari Burat Gembir menunjuk mengambsen

2.      Tari Udang udang

3.      Tari Lontang

4.      Tari Ejeng ejeng

5.      Tari Yu Lallah, ayu menyembah Allah

 

KABUPATEN INDRAMAYU

Tahun 1527 (tanggal 7 oktober) Indramayu mulai dibabad oleh Raden Arya Wiralodra asal Bagelen yang dibantu Kyai Tinggil, atau tahun sak 1432. Dalam lontar dikatakan demikian:

AWIT WIJINING LOCANA

BERMARA ANGENG ING TAWING

KANG LEMBU PEDET NUSONI

JONG LAYAR SUMENGKENG WUKIR

KUDA NGERAP PANDENGAN NING

CANDRA NING SANGKALA TAHUN

AMANGUN NAGARA NIRA NULYA WIRALODRA

HAJEJULUK PRBU INDRAKUSUMA

Candra sengkala tersebu menunjukkan Indramayu sudah di babad. Dalam babad Dermayu jauh sebelum itu, daeah Kandanghaur sampai perbatasan Majalengka masuk perbatasan Rajagaluh dan daerah Sumedang. Ternyata di Eretan, Lelea , Legok dan Haurgeulis masih terdapat penuduk yang berbahasa Sunda dan nama nama temat daerah tadi memakai bahsa Sunda. Dalam lontar dikatakan pula bahwa Raden Wiralodra beristrikan dengan Nyi Endang Darma Ayu alias Nyi Gandasari, hanya dilarang diumumkan karena yang dapat menglahkannya ialah Syekh Magelung Sakti waktu sayembara di Pangurugan.

Seperti pada lontar disebutkan di bawah ini:

BENJING NYI ENDANG DARMA ING BESUK

DAUP KAGARWA ING KRAMI

KALIAN KI WIRALODRA

NANGING INGETA ING WELING

ORA KENA KACATRUNA

IKU SAKEHING PAMO (A) LI

NI ENDANG DARMA PINUNJUL

PUTRI NATA ANGGAYASTRI

INGKANG SANES MALIH ASMA

RATNA GUMILANG KAKASIH

RATU SAK(A)TI UTAA

NYI MAS RATU GANDASARI

Jelas disini Nyi Endang Darma Ayu sebenarnya adalah Nyi Mas Ratu Gandasari, Nyi Panguragan, Nyi Ratu Saptarengga, Siti Fatimah, Siti Asiah, Siti Katijah Sari Kedaton, Nyi Ratu Gede Junti, disebut juga Nawang Wulan karena kecantikannya, bahkan turunan dari widadari.

Nyi Gandasari putri asal kesultanan Aceh Raja Utara yang dititipkan pada Ki Kuwu Sangkansebagai anaknya sendiri, karena Ki Kuwu tidak punya turunan anak.

Pda tahun 1450-1506 Putra seorang Kyai Bagdad yang bernama Syehk Magelung Sakti/ Syekh Siti Jenar/ Syekkh Lemah Abang pernah tinggal menempati daerah indramayu dan Cirebon. hal ini memang ada hubungannya dengan kisah sejarah Losarang.

PERANG DAERAH ANTARA DERMAYU DAN SUMEDANG

Daerah Ciamis dilanda peperangan dengan Sumedang. Karena Raja Sumedang yaitu Nyi Ratu Patuakan merasa kalah, Sumedang minta bantuan pada Dermayu. Oleh Dermayu disanggupi dan mulai bergerak pasukan dari Pulau Mas ke Ciamis. Pasukan Ciamis dikalahkan pasukan Dermayu. Sumedang menang. Semua taklukan Ciamis ssebagai tawanan perang dianttaranya pasukan para dedemit digiring dibawa dan berkumpul di Pulau Mas, dengan rajanya Prabu Wiranatakusuma Raden Weringin Anom, dan patihnya Wiragora bangsa Piwawungan, dan daerah ini sekarang banyak sekelilingnya sawah, tetapi pulau Mas mash ada tampak daratan tinggi, sampai sekarang daerah ini masih suka mendengar ada suara tanpa rupa kemudian barang yang dipinjam dari suara gaib itu hilang. Dikatakan orang besuk akan terjadi: Pulau Mas bakal pindah ke kabupaten dan tempat itu akan menjadi tempat tambang emas” tanah bekas Pulau Mas, sekarang tumbuh pohon Buta-buta.

PERANG KEDUA DENGAN ARIA KEMUNING PUTRA LURAGUNG DENGAN DERMAYU

TAHUN 1479 Sunan Gunungjati mengembangkan agama islam di Cirebon dan bahkan kenegeri china tahun  1642 pada zaman Dinasti Ming. Waktu melewat ke Cina bertemu dengan putri Cina yang disuruh memakai Boko yang bernama Nyi Ong Tien yang kelak menyusul karena hamil keanah Jawa disuruh ayahnya membawa barang-barang tiga kapal dan jadi istrinya Sunan Gunung Jati tahun 1481.

Tahun 1483 Aria Kemuning puta Pangeran Kuningandar luragung dilahirkan. Dan menjadi anak angkat Nyi Ong Tin. Aria Kuningan. Nyi Ong Tien putri dari Liem Kwan Nyoh, keturunan Cim Kesek, Kaisar Nung Lo 1403-1424. Dinasti Ming 1368-1644. Kuburan Nyi Ong Tien ada di Gunung Jati, separo dikubur secara Cina separo lagi dikubur secara Islam.

Tahun 1528 baru selesai perang antara Cirebon dengan Rajagaluh,. Selesai itu Sunan Gunung Jati berkeliling tanah sunda dala mengembangkan agama islam. Aria Kemuning sekembalinya dari medan perang dengan Rajagaluh memeriksa daerah Dermayu. Di Indramayu sudah di buka perkampungan oleh Rd Wiralodra asal anak bupati Bagele yang dibantu Kyai Tinggil tanggal 7 Oktober 1527, setelah menyepi dapat ilapaf harus ke Cimanuk dan akan mulya sampai tujuh turunan. waktu Aria Keemuning datan ke Indramayu dengan mennggang kuda pusaka Si Windu yang putih bersih yang engan kakinya sekali tendang musuh bisa hancur. Melihat perkampungan ki Wiralodra, Aria Kemuning jadi marah, tidak terima membuka perkampungan tanpa izin. Sedang Ki Wiralodra mempertahankan kebenarannya, terjadilah perang tanding. Aria Kemuning kalah, kuda Si Windu lari kabur, Rd Wiralodra segera menghadap Pangeran Pasarean sebagai wakil Sunan Gunung Jati, mengijinkan membuka tanah Cimanuk Kali.

PERANG KETIGA PERANG MERANG SEGEDENG

Waktu Pangeran Darma berguru agama Islam ke Sultan Panembahan Ratu di Cirebon dengan temannya dari Sumedang Gesan Ulun tahun 1579. Istri muda sultan Panembahan Ratu yang bernama Nyi Ratu Arisbaya yaitu putri asala dari Mataram jatuh cinta pada muridnya yang bernama Gesan Ulun ptra Dalem Sumedang. Pangeran Darma dari Indramayu mengetahui kejadian ini, sebab ia yang sebenarnya iri hati karena ia sendiri yang jatuh cinta pad Arisbaya.

Waktu Gesan Ulun pulang ke Sumedang, Ratu Arisbaya ikut menyusul ke Sumedang. Pangeran Darma diperintahkan oleh Sultan Panembahan Ratu mengantarkan surat ke Sumedang yang isinya surat menanyakan Ratu Arisbaya ada atau tidak di Sumedang.

Pangeran Darma tahu dan segera pulang melaporkan kpada Sultan Cirebon, yang waktu itu kebetulan sedang berkumpul dengan istri tuanya Ratu Pakungwati, bahwa ia sendiri menyaksikan dengan mata kepala sediri Ratu Arisbaya sedang berdua dengan Gesan Ulun di Sumedang. Pangeran Darma berjanji kepada Sultan akan membantunya dan sanggup mengalahkannya.

Tidak lama kemudian Bupati Sumedang membalas surat pertanyaan itu dan membenarkannya. Surat balasan dibawa putranya Gesan Ulun, dengan isi suratnya menyatakan kedua insan sudah saling jatuh cinta, hal itu agar Ratu Mataram Arisbaya ditukar dengan tanah Sindang Kasih/Sindansari Kuningan sebagai penggantinya. Sultan Panebahan Ratu pun menyetujuinya, usul tadi segera Pangeran Darma diperintahkan untuk memindahkan batas patok tanah tsb. Dengan dibantu para santrinya yang disaksikan dengan Gesan Ulun.

Selesai pekerjan, dan setelahnya sampai diperbatasan Pangeran Darma membujuk/merayu pada Gesan Ulun diajak jalan-jalan melihat daerah Indramayu. Mula-mula Gesan Ulun diajak jalan-jalan melihat daerah indramayu yang aneh-aneh banyak buah-buahan. Di jalan perbatasan Legok, Lohbener di begal para santri yang memakai topeng/kedok dari Cirebon yaitu santri dan teman pangeran Darma yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang sudah menunggu sedari tadi. Gesan Ulun sebelumnya sudah diracun sejak dari Cirebon.

Perang tanding terjadi Gesan Ulun tertusuk, kepalanya terpenggal , sedang badannya dibawa kudanya ke Sumedang dengan pengawalnya. Rtu Arisbaya diberi tahu dai pengawalnya, bahwa Gesan Ulun meninggal . Arisbaya menuntut pada Sultan Cirebon, atas kematian Gesan Ulun yang misteriusdirahasiakan itu. Sultan Panembahan menjawab, memang benar Gesan Ulun sudah pergi dari Cirebin dengan Pangeran Darma. Terus Sultan Panembahan mengadakan sidang darurat dengan memanggil Pangeran Darma. Sultan memutuskan Pangeran Darma tidak bersalah, karena Pangeran Darma tidak mngakui perbuatannya. Arisbaya cari akal untuk bisa membongkar pembunuhan yang misterius itu. Rahasianya pasti ada pada Pangeran Darma. Arisbaya tahu bahwa Pangeran Darma jatuh cinta apadanya. Ia datang ke Pangeran Darma dengan pura-pura mau dikawin dan dijadikan isterinya. Asal Pangeran Darma memberitahukan siapa yang sebenarnya membunuh Gesan Ulun itu. Pangeran Darma bergembira pucuk dicinta ulam tiba, yang dicintainya datang sendiri dan mau dijadikan isterinya, rahasia pembunuhan dibuka. Pangeran Darma mengaku dan yang mengatur siasat , bahkan yang memenggal kepalanyapun ia sendiri . jelas disini yang membunuh Gesan Ulun adalah Pangeran Darma, kata dalam hati Arisbaya.

Arisbaya kaget dan marah, dengan badannya yang lincah langsing seperti merang segedeng, menyerang pangeran darma , terjadi perang tanding. Arisbaya kalah, lari ke Sumedang dan menetap disana, sedang Pangeran Darma pulang ke Indramayu dengan tangan hampa.

Bekas pembunuhan Gesan Ulun di Legok oleh Arisbaya diberi patok pohon kesambi yang diberitahukan dari Pangeran Darma. Dengan mengatakan “Besuk bila anak cucu ingin kekayaan nyekar di Dermayu dan bila ingin kepangkatan nyekar di Sumedang”. Di Legok waktu itu masih berbahasa Sunda penduduknya, tanggal 391980 petapakan Gesan Ulun dipindah karena kena pelebaran tanggul. Demikia Kisah Sejarah Merang Segedeng diambil dari keadaan tubuh seorang yawanita yang membela kekasihnya.

PERANG KEEMPAT TUMBAL PUSAKA SURUNG DAYUNG

Pusaka Losarang Keris Brujul Dunya Surung Dayung, akan dipinjam untuk tumbal/obay rakyat Sumedang yang sedang dilanda bencana. Utusan dari Sumedang datan untuk mengambil pusaka tersebut, karena menurut ilafatnya harus mengambil syarat dengan pusaka tersebut. Ki Wanakerti mengingat Sumedang adalah musuh maka keris perlu dicoba dibuka dahulu bila dibuka tetap tidak berubah berarti boleh dipinjam tetapi bila keis pusaka Losarang dibuka ternyata bengkok berarti pusaka ini dilarang dipinjamkan.

Keris Surung Dayung mulai dibuka yang disaksikan oleh utusan dari Sumedang, ternyata benar keris mendadk menjadi bengkok berarti tanda dilarang dibawa pergi jauh yang mengakibatkan Losarang yang akan rugi. Ki Wanakerti untuk mengambil jalan tengah dikatakannya, utusan harus mngambilnya sendiri dari tengah laut jangan dari tangan Ki Wanakerti sendiri mengingat akan terjadi sesuatu didaerahnya. Karena itu keris dilemparkan ketengah laut dan silahkan utusan dari Sumedang untuk mengambilnya. Semua utusan terjun dan mencarinya, setelah diusahakan beberapa penyelam tetep tidak berhasil diambil utusan dari Sumedang merasa tertipu dan dihinakan. Terjadilah peperangan. Ki Wanakerti setelah selamat dari peperangan tadi mengeluarkan peringatan. “Besuk bila ada tamu dari Sumedang jangan sampai menginap, harus pulang pada hari itu juga karena mengingat orang sumedang adalah musuh”. Demikian pengakuan masyarakat yang masih diingatkan. Kemudian yang bisa menemukan kembali adalah anaknya dari Cirebon yaitu Siti Katijah Sari Kedaton yang dibantu Pangeran Jalon yang sekarang disebut dengan nama Buyut Jarong dan Siti Katijah Sari Kedaton. Jarong diambil dari nama pohon Jarong yang tumbuh dimuara sungai Sana, Siti Katijah dari Cirebon berlayar menuju Losarang yang ditugaskan untuk mengambil pusaka, perahu diserang angin besra sehingga Tihang agung layar patah dan perahu mendadak tidak bisa laju. Di bawah perahu terlihat ada cahaya terang, mula-mula mencoba Pangran Jalon untuk mengambilnya, hanya dapat Siti/atau tanahnya saja sekarang giliran Siti Katijah yang mencoba mengambil ternyata dapat mengangktnya. Benda yang bercahaya tadi adalah keris Brujul Dunya Surung Dayung yang dilemparkan ke laut yang sedang dicari dengan tida sengaja diketemukan kembali. Karena perahunya berhenti seperti tersangkut itu, sekarang dengan tidak disangka dapat jalan lagi. Dan untuk meneruskan perjalanan yang lebih cepat Keris pusaka dapat mendayung perahu. Sesampainya di muara Jarong semua diceritakan diketemukannya Keris Pusak itu pada Kiyai Haji Nurakim yang menguasai muara Jarong akhirnya Keris Pusak dinamakan KERIS BRUJUL DUNYA SURUNG DAYUNG dan Siti Katijah dengan pangeran Jalon saat itu juga dinikahkan. Mengingat keris harus dimiliki oleh Siti Katijah atau harus dimiliki seorang perempuan. Keris Surung Dayung pernah hilang tetapi ia datang kembali tanpa ada siapa yang mengantarkannya. Kemudian pernah jatuh kesungai air sungai itu menjadi penyakit mata bagi siapa saja yang mandi di sungai.

PERANG KELIMA PINDAH PATOK PERBATASAN

Wira Permoda mendengar kabar bahwa Raja Sumedang Pangeran Rangga Gempol ke III TAHUN 1656 akan melamar Putri kerajaan Mataram untuk dijadikan permaisuri. Wira Permoda mengatur siasat untuk bisa memikat Raja dan mengalahkannya, ia membuat group Kesenian Ketuk telu dan ia sendiri yang langsung menjadi ronggengnya, dengan jalan menyulap diri jadi wanita cantik dengan nama Ciptawati. Disepanjang jalan yang akan dilalui oleh Raja Sumedang, selalu ditontonkan acara yang menarik, sehngga orang-orang berkumpul menutup jalan yang akan memberi sambutan. Raja Sumedang terpukau dan turun dari keretanya langsung memeriksa Ronggeng. Karena memang Ciptawati sengaja untuk memikat Raja Sumedang. Ciptawati selalu menyindir dan menyebutnya  keagungan Raja Sumedang. Pangeran Rangga Gempol tertarik dan jatuh cinta pada Ciptawati, Ciptawati yang mersa berhasil rayuannya gembira dan Raja Sumedang langsung meminangnya. Pinangan tersebut diterima. Jadi Pangeran Sumedang tidak jadi meminang Putri Mataram, karena tertarik dengan Ronggeng Ciptawati dari Indramayu.

Ciptawati dijadikan permaisuri Pangeran Sumedang Rangga Gempol, uasal syaratnya permintaanya untuk perkawinan dapat dituruti yaitu dengan maskawin sebidang tanah yang dikehendaki dan agar dapat dilakukan dengan segera. Daerah Jatitujuh, Bantarjati, Pasiripis, Sukamulya, Loyang, Cikedung, Sanoa, Gantar, Haurgeulis, masuk daerah Indramayu. Pangeran Summedang menyanggupinya, pemindahan patok segera dilakukan. Patok batas Sewo dipindahkan ke Senoa, patok batas Parean dipindahkan ke  Cikawung , patok batas Lelea dipindahkan ke Gedel. Selesai pemindahan batas patok terjadi melangsungkan prernikahan. Tetapi selesai perkawinan tidak lama kemudian Wirapermoda menjelma kembali jadi lelaki dn melawan kepada Pangeran Sumedang. Pangeran Sumedang menutut agar batas patok dicabut dan dipindahkan kembali kepada posisi semula karena pPangeran Sumedang merasa tertipu. Tetapi Wirapermoda memertahankannya sampai titik darah pepenghabisan perang terjadi. Dalam peperangan Anjing jangkung yang besarnya seperti zebra kepunyaan Kiyai Cikoneng anjing pelacak pusaka yang sudah terlatih hilang lenyap tanpa krana didaerah Langut merasa panas kena pukulan orang Indramayu, prajurit Sumedang kalah dan mundur pulang. Sampai sekarang bila ada orang yang membawa anjing kebetulan asal dari Langut Indramayu yang Ke Sumedang orang sana tetap menghargainya , menurut perkiraanya anjing pusakanya yang dulu hilang kembali lagi. Dalam perjalanan pulang prajurit Sumedang disepanjang jalan disetia ada kesempatan mencuri gadis perempuan ayu yang mereka sukai. Di Jangga putri Cina diambil dinaikkan keatas kudanya untuk dijadikan istrinya. Orang tua Cina minta tolong pada buyut Sampuh yang berkuasa disitu. Buyut Sempuh yang dikenal sebagai orang kuat yang dapat merebutnya kembali dengan tidak terasa oleh musuh. Benda Pusaka Buyut sempuh masih disimpan pada sdr. Raden Tarma. Nyi Simpruk pun diri jangga diambilnya, tetapi bisa melawan karena tidak bisa dibawa Nyai Simpruk diikat lehernya digantung keujung kanan dan kiri sampai putus lehernya atau Tugel Janggane.

Karena Sumedang kalah perang, Sumedang mengutuk Dermayu: “Sekarang biar kami kalah tetapi besuk tanah Dermayu tak laip laip dan kalau sudah yang menjadi Bupatinya yang ke 17 turunan dari Wiralodra tanah kami akan masuk daerah kami kembali dengan nama Ujungjaya, dan besuk bila orang memilih aderah sebelah selatan akan kalungan Lepet, tetapi penduduk yang memilih sebelah Utara bakal kalungan Dolar”. Kata ramalan orang Sumedang disana penduduknya awas jangan salah memilih sebab akn menentukan nasibnya sendiiri. Prajurit lainnya Buyut Sikep hilang didaerah Buyut Depok.

KISAH SEJARAH DESA MUNTUR

Didaerah ini mengalir kali Santing ke kali Cilet (Ciheuleut) di Karang Anyar. Sehingga desa ini aslinya ialah Kampung Santing, yang sekarang Balai Musyawarah Desa masih terpelihara utuh dengan tongtongnya bahkan tongtong wasiatnya tidak boleh dibunyikan karena balai desa sudah pindah ke muntur. Bila tongtong dibunyikan kepada siapa saja yang mendengarnya masyarakat akan dihinggapi penyakit gemetar ketakutan. Masjid asli Santing tepatnya tetap, memolo aslinya masih ada yang dibuat dari tanah liat, buatannya masih berbau agama hindu dengan bentuk segi empat. Kubahnya suka berbunyi kala akan terjadi bencana bagi masyarakat santing. Kata Muntur diambil dari perkataan Gumuruh Gumuntur Bocah Santing Kagunturan yang artinya suaranya sampai kedengaran ketempat yang lebih jauh seperti suaranya GUNTUR terdengar kemana mana.menurut catatan di Santing Kampung Santing dibuka dan di babad sama dengan dibukanya kampung Sarang pada Rebo Wage oleh Pangeran Dawala Brata asal dari utusan Cirebon anaknya berguru ke Buyut Gentong yang bernama Masptrapura yang beristri Nyi Karni/Senti Ronggeng asal Pejajaran. Dalam perkawinannya tidak disetujui leh mertuanya karena masih beragama Hindu. Setelah masuk Islam Ni Karni akhirnya menyingkir ke Cilet karena mmasih merasa diasingkan mertuanya dia bertapa di Kampung Karanganyar sampai kepadameninggalnya. Di Karanganyar sebagai tempat bertapanya disebut Buyut Ronggeng, waktu bertobat pada Tuhan masuk Islam berbuat kebagusan terkabul walaupun mertuanya tidak mengiraukan.

Menurut catatn di Karanganyar waktu Buyut Ronggeng bertapa karena ingin diakui mertuanya dalam berbuat kebagusan ada ucapan “Besuk bila Buyut Ronggeng ada yang membangun orang muntur bakal mengalami kesuburan”. Dalam lontar dikatakan bahwa kampung santing lebih tua dari kota muntur dalam candra desa dikatakan sebagai berikut:

BUBARE SING PANJUNAN

KARANGSINOM LET SEWENGI

BOCAH SANTING KEGUNTURAN

LOSARANG CAJET MARGI

KARIMUN GUDANG NANJUNG

KARANG GANDOK BANGLER MARGI

MIWAH PUNTANG JANGGA

KARANGMALANG SABRANGAN ARIS

KARANG KLETAK RANCAGUNDA

KEDEPOK DEPOK

Jelas disini kata muntur dari kalimat bocah santing kegunturan akibat kekejaman seorang jagoan. Suaranya gumuruh gumuntur kedengaran terkenal kemanamana.

Didekat Buyut Gentong terdapat kuburan Demang Margadipura, pejabat Zaman Belanda di Losarang. Didaerah ini dahulunya dijaga oleh Kaki dan Nini Rati yang berasal dari Trusmi. Buyut Gentong pernah terbakar tahun 1959. Waktu zaman D.I yang mengakibatkan Gentong aslinya hilang. Kejadian lainnya tahun 1948 Kiyai Asnawi pernah naik pohon Asem yang sudah berumur lebih dari 460 tahun, yang dahulunya tempat persinggahan burung Blekok. Kyai Asnawi naik tidak bisa turun. Buyut Singkil, Sela Kuning, Ki Gedeng Tulus dan Nyi Gandasari di Ranjeng adalah pembantunya Ki Wanakerti/Buyut Gentong.

DAFTAR KEPALA DESA MUNTUR

1.      Yang menjadi Kuwu Pertama sdr. Tiban/Kariman

2.      Yang menjadi Kuwu ke dua sdr. Astinah berkedudukan di Santing

3.      Yang menjadi Kuwu ke tiga sdr. Haji Samaun

4.      Yang menjadi Kuwu ke empat sdr. Sidin

5.      Yang menjadi Kuwu ke lima sdr. Kadim

6.      Yang menjadi Kuwu ke enam sdr. Catem tahun 1943 zaman Jepang

7.      Yang menjadi Kuwu ke tujuh sdr. Raci

8.      Yang menjadi Kuwu ke delapan sdr. Catem terpilih kedua kalinya

9.      Yang menjadi Kuwu ke sembilan sdr. Kasnawi

10.  Yang menjadi Kuwu ke sepuluh sdr. Surya dari kepolisian

11.  Yang menjadi Kuwu ke sebelas sdr. Kamad

12.  Yang menjadi Kuwu ke dua belas sdr Sartama (1977 -1980)                      

13.  Yang menjadi Kuwu ke tiga blas sdr Caswan TNI ( PJ)

14.  Yang menjadi Kuwu ke empat belas sdr. Carta (Kawer)

15.  Yang menjadi Kuwu ke lima belas Caswan TNI ( PJ)

16.  Yang menjadi Kuwu ke  enam belas sdr. Taryono (1998-2005)

17.  Yang menjadi Kuwu ke tujuh belas sdr. Abdul Khanan ( 2005-2014)

18.  Yang menjadi Kuwu ke delapan belas sdr. Sugeng Sucipto PJ (6 bulan)

19.  Yang menjadi Kuwu ke sembilan belas Sdr. Carudin ( 2014 2020)

20.  Yang menjadi Kuwu ke dua puluh Sdr. Kandi ( 6 bulan)

21.  Yang menjadi Kuwu ke dus puluh satu sdr Tanuri ( 2021 )

 

NAMA KAMPUNG DI DESA MUNTUR

1.      Kampung Sarang Kulon

2.      Kampung Karanganyar

3.      Kampung Santing

4.      Kampung Bojong Genting

5.      Kampung Buyut Gentong

6.      Kampung pemukiman baru tahun 1980 Cilanyar Kertajadi

Muntur desa Nomor 131, dengan luas tanah 1520 km dan jumlah penduduk tahun 1979 laki-laki 2980 dan Perempuan 3155.

 

KISAH SEJARAH DESA KRIMUN

Krimun berasal dari kata berkerumun memakai sarung, yaitu prajurit mataram yang kalah perang dengan kompeni di Batavia. Menyusun kekuatan baru dengan cara bergerilya melawan kompeni didaerah ini. Sedang kata kriya menurut kata jawa kuno yang artinya perbuatan yang suci. Jadi tempat berkerumunnya orang yang akan berbuat suci. Tentu saja berbuat suci untuk tanah airnya.

Sehingga tanah Sarang Wetan disebut tanah Jidah oleh Ki Wanakerti termasuk tanah Mataram sebelah barat sedangkan sebelah barat sewo disebutnya tanah mataram daerah yang akan dikuasai kompeni

Adat masyarakat Krimun tidak boleh naik haji ke Mekah ini disebabkan karena waktu Ki Wanakerti naik haji disangka meninggal padahal nylimpe di tanah suci Jidah. Akhirnya orang beranggapan bahwa anak putu isun besuk tidak perlu naik haji ke Jidah sedang tanah krimun sendiri sudah disebut tanah Jidah. Jadi cukup orang tua saja yang terdahulu., itulah sebabnya adat yang ada sekarang ada pribahasa Wong tua gawe Kwitan wong Enom darma ngelakoni. Lambang desa Krimun adalah wayang hanoman. Lambang seorang pahlawan yang hidup mengabdikan diri kepada kebenaran yang terpisah dari golongannya diam ditempat yang baru dari daerah mataram. Sebutan Hanoman sampai sekarang masih dilakukan kepada orang yang lupa menyebutkan namanya cukup dengan sebutan SI ANOMAN atau kepada yang belum kenal namanya disebut dengan singkatan SI ANO. Lambang hanoman telah dipakai sejak berdirinya pemerintahan desa dan terpilihnya kepala Desa. Krimun dan Muntur dahulunya satu desa dengan sebutan nama Losarang tahun 1771 setelah ada pemerintahan Belanda desa ini dibagi dua dengan nama Krimun dan Desa lain dengan nama Muntur. Tetapi kampung sarang masih disebut dengan kampung Sarang Wetan dan Kampung Sarang Kulon. Masyarakat Krimun waktu zaman Belanda dikelompok kelompokkan. Kelompok Cina ketuanya Ket Nyoh. Dekat buyut Jarong suka kedengaran gendean seperti Buyut Ronggeng, Ujung Ori, dan Pulau Mas.

DAFTAR KEPALA DESA KRIMUN

1.      Dari tahun 1771 sampai 1799, kuwu sdr. Suta Marta

2.      Dari tahun 1880 sampai 1827, kuwu sdr. Suta Praja

3.      Dari tahun 1828 sampai 1844, kuwu sdr. Atim (Ada dua, di Krimun sdr Atim di Losarang / Sarang wetan kuwu sdr Nasem

4.      Dari tahun 1845 sampai 1874, kuwu sdr. Atim (Kuwu Nasem dihapus)

5.      Dari tahun 1875 sampai 1905,  kuwu sdr.Murtiyah

6.      Dari tahun 1906 sampai 1937, kuwu sdr. Kasda (Bapaknya kuwu Rakil)

7.      Dari tahun 1938 sampai 1944, kuwu sdr. Mala

8.      Dari tahun 1945 sampai 1949, kuwu sdr. Rakil

9.      Dari tahun 1950 sampai 1957, kuwu sdr. Kabut bapaknya Kuwu Tarmani

10.  Dari tahun 1958 sampai 1977, kuwu sdr. S. Tamad

11.  Dari tahun 1978 sampai 1985, kuwu sdr. Tarmani dari anggota polisi

NAMA KAMPUNG DI DESA KRIMUN

1.      Kampung Sarang Wetan

2.      Kampung Buyut Gentong

3.      Kampung Sukawera

4.      Kampung Kandang Sapi

5.      Kampung Pasar

6.      Kampung Kertasari, pemukiman tahun 1967

7.      Kampung Karang Malang

8.      Kampung Karanggandok

9.      Kampung Anjun

Krimun desa nomor132 dengan luas tanah 1353 km2 kerapatan penduduk tahun 1979 Laki-laki 3456 jiwa perempuan 3678 jiwa.

 

KISAH SEJARAH DESA PUNTANG

Nama desa puntang diambil dari kata Muntang dari bahasa Sunda Majalengka Kata kerja Muntang Gayot. Desa puntang pertama kalinya disebut desa Muntng nama ini terjadi sekitar abad 16. Jauh sebelum itu daerah ini didiami oleh bangsa pedagang cina pendatang yang bernama Po Ah yang meniami ditengah tengah daerah ini sehingga daerah ini disebut Buyut Puser. Artinya pusat tengah-tengah desa ini. Pendatang Cina yang kedua yang menjadi penduduk ini yaitu Nyi Ang Ce, dekat buyut Santri. Rumah-rumah bekas Cina sampai sekarang masih ada, seperti contohnya dekat Balai Desa Jangga sdr. Sun Hok. Setelah itu datanglah tiga orang bersaudara yang berasal dari Majalengka:

1.      Raden Santri karena waktu meninggal mengeluarkan cahaya seperti petromak  yang ngeramat disebut Buyut Kramat.

2.      Raden Kelud, sebagai pawongan Ki Sukaraja

3.      Ki Sukaraja, orang yang dipercaya membawa pusaka raja. Pusaka raja tidak boleh lepas dari tangannya apalagi diletakkan ditanah, selama masih belum selesai apa yang sedang dilakukan dalam melaksanakan ilmunya.

Ketiga orang ini menelusuri kali dolop/Boros Betokan, terus ke Gi Dingkul dan Kke Kali Pangkalan. Ke Cemara dan akhirnya  berhenti dimenara pohon Jarong waktu mandor Pangkalan mengadakan pemeriksaan perahunya berhenti.

Ki Sukaraja minta pergi kesebelah barat dari pangkalan untuk mencari tempat peristirahatan yang sebenarnya tempat ini yang baru dia membuka tempat yang dianggap baik, yaitu dibawah pohon yang rindang yang kebetulan ada untuk muntang gayot (bahasa sunda artinya berpegangan tangan dengan menggantungkan diri, seperti kera).

Ki Sukaraja yang sedang melakukan kelakuan ilmunya dengan pupuntangan saja dimana ia istirahat, maka tempat ini disebut desa Muntang yang lama kelamaan berubah sebutan diganti dengan nama desa Puntang. Waktu Ki Sukaraja muntang pusaka raja yang berupa keris pusaka diletakkan dibawah ia lupa akan larangan ini yang sebenarnya pusaka itu dilarang diletakkan ditanah sehingga lepas dari pegangan tangan . karena melanggarperjanjian pusaka raja mendadak hilang tanpa krana. Selesai muntang Ki Sukaraja melihat pusakanya hilang iamenyangka ada yang mengambilnya dan pasti yang megambilnya kepada saudranya Ki Santri. Mengapa menuduh Ki Santri kaena ia yang mengingini sejak keberangkatan dari tempat asalnya Majalengka. Dengan demikian ia segera datang ke tempat dimana kakaknya berada yang tidak jauh dari tempat itu. Dengan tidak dipikir panjang lagi, ia langsung menuduhnya dan sekaligus membunuhya, karena Ki Santri tetap tidak mau mengaku mengambil atau menerangkan dimana pusaka raja disembunyikan. Ki Santri karena tidak melakukan, mendapat fitnah  belakar, setelah meninggal datang cahaya seperti petromak ia masih ngeramat, sekarang disebut buyut Kramat. Buyut Sukaraja disebelah buyut tingkem.

DAFTAR KEPALA DESA PUNTANG

1.      Yang menjadi Kuwu pertama sdr. Gopa

2.      Yang menjadi Kuwu kedua sdr. Sarmita

3.      Yang menjadi Kuwu ketiga sdr. Brangsong

4.      Yang menjadi Kuwu keempat sdr. Sarban

5.      Yang menjadi Kuwu kelima sdr. Duriman

6.      Yang menjadi Kuwu keenam sdr. Disem

7.      Yang menjadi Kuwu ketujuh sdr. Sruwut

8.      Yang menjadi Kuwu kedelapan sdr. Sanggur

9.      Yang menjadi Kuwu kesembilan sdr. Dayat sejak tahun 1955

10.  Yang menjadi Kuwu kesepuluh sdr. Durajak

11.  Yang menjadi Kuwu kesebelas sdr. Takisem Dirman

12.  Yang menjadi Kuwu keduabelas sdr. Slamet Yuwono (asal dari guru)

13.  Yang menjadi Kuwu ketigabelas sdr. Sukaca dari tahun 1978 (dari polisi)

NAMA KAMPUNG DI DESA PUNTANG

1.      Kampung Lebak Dalem, blok Sarban

2.      Kampung Lebak Tengah, blok Sarmita

3.      Kampung Lebak Kulon, blok Gudang Garam

4.      Kampung Lebak Wetan Blok Bale Desa

5.      Kampung Daim, Jalan Karanganyar Krimun ditengah sawah

Puntang Desa nomo 33, dengan areal tanah 596 km2, kepadatan penduduk tahun 1979 dengan cacah jiwa Grebeg Laki-laki 2182 dan perempuan 2299 jiwa.

 

KISAH SEJARAH DESA JANGGA

Kata Jangga berasal dari tugel janggane yaitu ketika peristiwa putusnya kepala Siti Jenar. Kejadian ini ketika perang Dermayu lawan sumedang, dalam persoalan pindah patok. Prajurit Sumedang yang kalah perang dengan Indramayu pulangnya dengan membalas dendam. Disepanjang jalan yang mereka lalui bila kebetulan mendapatkan wanita cantik jelita mereka akan rebut dan dibawa ke Sumedang untuk dijadikan istrinya.

Diantaranya wania cantik keturunan Cina ikut dibawa orang tua cina minta tolong kepada orang yang berkuasa di daerah ini yaitu Ki Campuh. Dengan kepandaian Ki Campuh  putri Cina dapat direbutnya kembali dengan tidak diketahui oleh pencurinya, pada gendongan kudanya. Ada lagi wanita pelarian dari bugis yang bernama Siti Sopiah turut dibawa, tetapi ia melawan dengan sekuat tenaga kepada prajurit Sumedang. Akhirnya Siti Sopiah digantung ditarik kekanan dan kekiri sampai putus lehernya. Penduduk setempat yang walaupun Siti Sopiah tugel janggane ia masih melawan dan menyerang musuh tetapi Siti Sopiah tetap tidak kuat meninggal ditempat dan dimakamkan disana dengan sebutan buyut Simpruk. Dari kejadian Siti Sopiah menjadi ifat dan itihad masyarakat setempat , yaitu bila ada oang jahat yang masuk desa Jangga pasti akan tertangkap oleh penduduk setempat tanpa menunggu perintah dari kepalanya.

Ditempat ini ada yang disebut Jangga Tua, yaitu tempat rumah sakit pemotongan hewan kerbau yang terserang penyakit menular waktu jaman belanda.

Rumah Sakit Hewan ini didirikan oleh Tuan tanah Belanda yang sengajadibentuk untuk menipu para masyarakat tani dan peternak kerbau sebagai hewan penghola supaya petani bisa menjual tanahnya ke Belanda. Zaman ini disebut zaman Kobokan karena petani yang membawa kerbau yang dianggap terserang penyakit menular setelah hewannya dipotong dan dikuburkan dirumah sakit harus mencuci tangannya dengan air karbol yang sudah disediakan pada kobokan baru petani diperbolehkan pulang.

Balai Desa Jangga yang sekarang, adalah bekas Kantor Demang Belanda yang mengurus kejadian di Rumah Sakit Hewan. Di Tanah kampung Karanganyar dahulunya ada balai dan sumur segi empat dan jambangan tempat mandi Nyi Nuntar merupakan masjid pertama di Losarang. Barang-barang Ki Nuntar masih disimpan di Sdr. Kurdani. Sumur Ki Nuntar dahulunya tempat mengobati orang yang sakit panas dan orang sakit mata.

Bata Balai Desa Jangga digambar dengan wayang sekotak pada setiap batanya. Diatas Balai Desa Jangga masih ada buku lama dengan paku Masjid Agung yang panjang dan segi empat.

Antara Jumbleng dan Pulau Mas ada jalan batu yang keras waktu jaman dahulu. Di Jumbleng ada Buyut Cempaka Mulya atau Buyut Kesambi Doyong yaitu Kepala Desa Amis yang menyelamatkan diri, waktu perang dengan Ki Kuwu Sangkan, karena ia tidak mau diislamkan sedang penduduknya lari ke hutan Sinang. Disebelah utara Jumbleng ada Buyut Perawan.

 

Daftar Kepala Desa Jangga

1.      Yang menjadi Kuwu Pertama sdr. Marsani yang ditunjuk waktu zaman Demang di Jangga

2.      Yang menjadi Kuwu ke dua sdr. Deyo utusan dari Demang

3.      Yang menjadi Kuwu ke tiga sdr. Tiong utusan dari Demang Belanda

4.      Yang menjadi Kuwu ke empat sdr. Suti utusan dari Demang, jalan waktu itu masih bata yang diinjak injak kerbau disebut Brak tempat berhenti kuda kuda Belanda.

5.      Yang menjadi Kuwu ke lima sdr. Tasmirah

6.      Yang menjadi Kuwu ke enam sdr. Kasja

7.      Yang menjadi Kuwu ke tujuh sdr. Suta, hasil pilihan Rakyat

8.      Yang menjadi Kuwu ke delapan sdr. Sugra

9.      Yang menjadi Kuwu ke sembilan sdr. Samad

10.  Yang menjadi Kuwu ke sepuluh sdr. Suhud

11.  Yang menjadi Kuwu ke sebelas sdr. Dirja

12.  Yang menjadi Kuwu keduabelas sdr. Sanjur

13.  Yang menjadi Kuwu ketigabelas sdr. Bandeng, waktu mulai zaman Jepang

14.  Yang menjadi Kuwu keempat belas sdr. Abas

15.  Yang menjadi Kuwu kelima belas sdr. Camad asal dari guru

16.  Yang menjadi Kuwu keenam belas sdr. Tasmad

17.  Yang menjadi Kuwu ketujuh belas sdr. Sontong yang punya ilmu kebathinan punya batu kuntilanak dll

18.  Yang menjadi Kuwu kedelapan belas sdr. Tayib

19.  Yang menjadi Kuwu kesembilan belas sdr. Kurdani asal guru dan sebentar

20.  Yang menjadi Kuwu keduapuluh sdr. Kardani dari kepolisian tahun 1979

 

Nama Kampung Desa Jangga

1.      Kampung Jumbleng banyak jambunya

2.      Kampung Betokan, yang mendiami khusus harus turunan Buyut Tiwang

3.      Kampung Karangmalang

4.      Kampung Karang Bong (banyak kuburan Bong/Cina)

5.      Kampung Karang Kletak, waktu perang agama banyak pating gletak/mati

6.      Kampung Jangga Tua, nama Jangga yang pertama Buyut Simpruk

7.      Kampung Kalen Waru komplek menuju pertamina jalan ke Pegagan.

Jangga desa nomor 134, luas areal tanah 1483 km2. Kerapatan penduduk tahun 1979 dengan cacah jiwa grebeg laki-laki 2521 dan perempuan 2207 jiwa.

 

KISAH SEJARAH DESA PANGKALAN

Kali Pangkalan mengalir kali Beres yang disebut kali Pangkalan. Daerah ini waktu masih dekat atau pinggir pantai, menjadi pelabuhan atau pangkalan perahu dagang. Orang pertama yang membuka daerah ini ialah Buyut Kepel. Kemudian Buyut Kepel meninggalkan anak cucunya karena perselisihan paham agama, dan ia pergi kedaerah baru Totoran sampai meninggalnya disana. Sungai yang dahulunya yang berliku-liku itu, waktu zaman Belanda tahun 1927 alirannya diluruskan hampir semua aliran sungai di Indramayu untuk menghindari banjir, sehingga kali pangkalan yang melalui Lelea menjadi mati yang disebut kali Bosok, merupakan kali perbatasan antara daerah Sumedang dengan Dermayu.

Tanah Pangkalan menjadi terbelah dua, dipindahkan oleh sungai yang baru, tanah pangkalan ada yang masuk ke daerah Kiajaran Kulon dan sebaliknya tanah Kiajaran Kulon ada yang berdekatan dengan tanah desa Pangkalan.

Di Pangkalan ada Buyut Babar, nama yang sebenarnya ialah Sutra Jiwa asal prajurit Bagelen dari Mataram yang menetap disitu, yang berkelahi dengan seorang utusan dari Cirebon yang sedang memeriksa daerah ini, yang masih punya ilmu Macan Siliwangi, menyangka musuh Kompeni. Dalam perkelahian mati babar semuanya ditempat itu dan dimakamkan bersama sama pula. Kayu Bobotan punya Ki Buyut Babar menjadi warisan anak cucunya yang sekarang alat ini masih digunakan untuk upacara adat bobotan oleh penduduk setempat. Misalnya untuk upacara bagi anak pertama dengan anak yang bungsu kebetulan lelaki semua untuk menyelamatkan jiwanya. Harus mengadakan upacara bobotan, atau ditimbang sampai keduanya sama berat/setimbang dengan diberi beberapa beban tambahan. Upacara ini bukan saja mohon barokahnya dari Trruhan Yang Maha Esa, selamat dunia wal akhirat, juga untuk memupuk kerukunan persaudaraan kekeluargaan.

Disebelah Utara terdapat Buyut Dukuh, nama aslinya Gagak Alap Alap Pertala, yang membawa kapal karam disana, yaitu seorang panglima Perang Prajuit Mataram pulang dari penyerbuan ke Batavia, menetap disini sampai pada meninggalnya.

Buyut Kepel yang sedang menyiarkan agama islam, sebelum meninggalkan daerah ini menurunkan ilmunya kepada Buyut Telung (nama aslinya Raden Raga Ulap) asal Pabean, karena Buyut Telung menambah ilmunya ke Trusmi Buyut Kepel tidak setuju, lebih baik ia pindah ke tempat lain. Anak cucunya dibiarkan berilmu pada Buyut Telung, yang dikenal dengan ilmu Birahian dengan diiringi kesenian Trebang.

Buyut Kepel yang tidak setuju dengan ilmu birahian dari Trusmi, daripada berselisih terus dengan ajaran Syekh Lemahabang, lebih baik pindah ke Pabean ilir di Kali Tengah Totoran. Yang tidak setuju ada yang ikut kesana.

Ilmu Birahi lewat seni Trebang masih dilakukan oleh keturunannya dan masih di pertahankan, dengan ketuanya saudara Mudraim yang sekarang umurnya sudah mencapai 105 tahun sampai tahun 1980.

Ilmu Birahi ini, bila dilakukan tidak boleh separuh-separuh jadi harus semalam suntuk selesai, karena itu semua keturunannya selalu melakukan hal itu, walaupun tempatnya jauh memerlukan datang juga, bila belum selesai ditambah sampai siang. Anggata Ilmu Birahi bila sedang mementaskan tidak perlu atau mengharapkan imbalan jasa, yang terpenting ia telah melakukan ilmunya sebagaimana mestinya. Diantara Ilmu Birahian lewat doa salawatnya seperti misalnya:

                  J O G  T E M U R U N

Ngalor, ngidul

Runtut,

Widadari, Pandansari,

Yen besuk ana mati,

Ganti Allah,

Isun tek turu ning Kubur.

Ini salah satu doa salawat ilmunya. Doa ini dinyanyikan dengan lagu khusus, yang diiringi dengan tari perempuan semalam suntuk, dilakukan dari mulai sore harus sampai selesai tidak boleh dipotong-potong. Doa ilmu Birahi merupakan sejarah perjalanan hidup dari dilahirkan, menjadi dewasa dan sampai meninggalnya. Mereka beranggapa dalam kuburpun sebenarnya tidak mati, hanya dalam keadaan tidak tidur malah ganti Allah. Jadi perjalanan hidup tidak akan mendapat siksaan karena tidak ada mati.

Dikampung Mandar ada pertapakan 7 sumur Zaman Hindu, seperti halnya di Banten.

 

DAFTAR KEPALA DESA PANGKALAN

1.      Yang menjadi Kuwu pertama sdr. Rasbayi

2.      Yang menjadi Kuwu kedua sdr. Jalani

3.      Yang menjadi Kuwu ketiga sdr. Dewon

4.      Yang menjadi Kuwu keempat sdr. Dirga

5.      Yang menjadi Kuwu kelima sdr. Talam

6.      Yang menjadi Kuwu keenam sdr. Dirga tepilih kedua kalinya

7.      Yang menjadi Kuwu ketujuh sdr. Jamidi

8.      Yang menjadi Kuwu kedelapan sdr. Dulati

9.      Yang menjadi Kuwu kesembilan sdr. Dori hanya 6 bulan

10.  Yang menjadi Kuwu kesepuluh sdr. Masduki, dari anggota ABRI

11.  Yang menjadi Kuwu kesebelas sdr. Masduki tahun 1979 dari Juru tulis Pangkalannya

 

Nama kampung desa Pangkalan

1.      Kampung Pelabuhan

2.      Kampung Buyut Babar

3.      Kampung Buyut Dukuh

4.      Kampung Mandar, yang ada 7 buah petapakan dahulu

5.      Kampung Tegal Tike masih daerah rawa, pesawahan

6.      Kampung Gaga Matri, menjadi komplek Pertamina

Pangkalan desa Nomor 135, dengan luas areal tanah 1796 km2, jumlah kerapatan penduduk laki-laki 1625 jiwa grebeg. Perempuan  2310 jiwa grebeg, perhitungan tahun 1979.

 

KISAH SEJARAH DESA CEMARA

Nama Cemara diambil dari nama pohon Cemara, daerah ini jdahulunya diajdikan tempat pelabuhan kapal, perahu nelayan. Pohon cemaralah yang dijadikan tanda dari laut, karena pohon itu tumbuhnya tinggi dapat dilihat dari laut/kejauhan. Sedangkan pohon lain yang banyak tumbuh disitu kebanyakan pohon bakau atau api-api yang merupakan hutan yang tingginya tidak mencolok. Tanahnya banyak berawa rawa, daerahnya dulu dilalui sungai Cimanuk lama, sebelum diluruskan. Dimuara ini para nelayan, membongkar dan memuat barang dagangan atau hasil lainnya dari laut. Tempat lain yang dahulunya muara sungai, merupakan perbatasan daerah Sumedang yamg sudah jadi daratan 400 tahun yang lalu, tetapi nama Pelabuhan masih tetap dipakai, merupakan kampung baru. Daerah Cemara merupakan daerah baru pantai yang sudah dangkal, jadi daratan.

Lebih kesselatan lagi tempat dari pelabuhan yang lama pada abad ke 17 dan pernah menjadi timbunan balok-balok jati tua, ialah Pangkalan. Tempat ini ternyata pada tahun 1970 kali ini dikeruk oleh kapal presiden, mesin kapal tersangkut pada balok jati yang masih utuh, didasar sungai pangkalan. Sehingga kapal itu tidak bisa maju atau mundur. Malah Embok Magede Taswi dari Kampung Waled diminta pertolongannya untuk menyelamatkan kapal dan kali bisa lebih dalam lagi. Dipantai Cemara ke Utara menjadi perniagaan orang cina yang semakin ramai, perairan ini terkenal dan dinamakan Laut/Teluk Legok Cina. Orang-orang perantauan Cina makin banyak saja yang bermukim ditempat ini sampai ke daerah Puntang, ternyata tempat ini banyak Bong/Kuburan Cina.

Tetapi waktu zaman Pembakaran Revolusi, banyak orang Cina yang menyingkir ketempat lain, karena merasa bersalah melawan kepada perjuangan Bangsa Indonesia. Salah satu korban nelayan yang meninggal terapung dan dibawa ombak menepi dikuburkan disana. Dalam keterangannya bernama Pangeran Kejoran. Karena mayat datangnya kambang terapung, makamnya disana dinamakan Buyut Kambang, yang berubah menjadi Buyut Gambang, sekalian dengan segala pperkakasnya dijadikan satu dalam kuburannya, yang berupa keris.

Disebelah tempat ini kebarat terdapat tanah yang sudah di buka oleh Nyi Pohbaya/Pembayun dengan Nyi Gandasari, bebedah membuka hutan dan membuat parit/sungai, tempat ini disebut Buyut Pembaya, banyak oang yang menyepi ditempat ini, malah ada yang berasal dari Majalengka. Suami Nyi Pembaya ialah Pangeran Grata Kelana, berasal dari Cirebon, Nyi Pembaya sendiri berasal dari istri Sultan Mataram yang dihadiahkan kepada Pangeran Grata Kelana atas jasanya.

Dikisahkan bahwa Nyi Gandasari datang ketempat ini tanda peresmian datang memakai payung yang berlapiskan emas, gelang emas, konde emas, pokoknya serba emas, sambil naik kuda datangnya. Jalan yang dilalui Nyi Gandasari, melalui Leuwigede, terus kedaratan Cemeti/Jemeti., dan setelah sampai Kiajaran kudanya yang satu berpisah jadi dua jurusan, akhinya nama ini dinamakan dua nama menjadi Kiajaran Wetan dan Desa Kiajaran Kulon. Sedang di daratan tadi pecutnya hilang, menjadi desa Cemeti/Pecut. Dari sini baru bisa meneruskan ke Cemara daerah baru Pembaya.

Dari Cemara Nyi Gandasari  terus ke Losarang, ke Ranjeng, Manggungan merupakan perjalanan rutin mengikuti jejak Ki Wanakerti dalam mengembangkan daerah Islam dan sampai ke desa Pendawa di Cikedung.

DAFTAR KEPALA DESA CEMARA

1.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Dasimah tahun 1891

2.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Marta tahun 1900

3.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Dasim tahun 1911

4.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Catiman tahun 1939

5.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Asma, waktu Zaman Jepang tahun 1942

6.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Casyadi tahun 1966

7.      Yang menjadi Kuwu pilihan sdr. Didi Humaedi tahun 1980

NAMA KAMPUNG DI DESA CEMARA

1.      Kampung Cemara Kulon yang dipisahkan oleh sungai cemara atau Cimanuk Lama

2.      Kampung Cemara Wetan

3.      Kampung Legok Bong

Desa Cemara Nomor 136, luas areal tanah 1925 km2, kerapatan penduduk jiwa grebeg lelaki 1359, jiwa grebeg perempuan 1419 jiwa, perhitungan tahun 1979.

 

KISAH SEJARAH DESA PEGAGAN

Daerah Pegagan mulanya dibagi dua, pertama yang disebut desa Rejiang, asal dari nama Rajahyang Bumi Sora nama dari Putera Prabu Siliwangi. Yang kedua daerah yang diberinama Cilogog, dari kata lagag-logog, dari kelakuan masyarakat yang sedang melihat keramaian, karena ingin kelihatan.

Orang Rejiang mempunyai tanah gaga yang sekarang menjadi tempat desa Pegagan, karena tempat palawijanya orang Rejiang. Desa Pegagan sendiri nama kampungnya adalah Ranggawana, disana ada Ki Buyut Ranggawana. Tanah waktu zaman Jepang diperintahkan agar masyarakat menanam palawija ketela pohon, gaganya orang Rejiang supaya diteruskan. Tahun 1933 di Pegagan Pak Haji Saleh mendirikan masjid yang pertama, mulailah tahun itu banyak santrinya, waktu itulah kesempatan daerah Pegagan memisahkan diri dari Rejiang dan memilih wakil kuwu dan kebetulan yang dipilih wakil kuwu adalah Pak Haji Saleh sendiri. Pegagan setelah memisahkan diri mengadakan pilihan kuwu yang sebenarnya setelah piihan yang terpilih sdr. Tarban, menantunya Kaji Saleh. Mulailah daerah ini terpecah menjadi tiga daerah yang terpisah masing-masing:

1.      Desa Rejiang dengan kuwunya Daspan Warli bin Daran

2.      Desa Cilogog dengan kepala desanya sdr. Mudra

3.      Desa Pegagan sendiri dikampung Ranggawana dengan kuwunya sdr. Tarban

 Jalan lain yang menghubungi ketiga desa ini terpisah oleh sungai, dan jalan lain mulai ada yang bisa menghubungi jalan yang lebih dekat. Karena ketiga ini sering terjadi permusuhan antara masyarakat yang terdekat, perlu diadakan persatuan kembali, dengan melalui musyawarah ketiga daerah ini. Hasil musyawarah ditetapkan yang mempunyai jalan ekonomi yang strategis, maka jatuh ke daerah Pegagan. Maka ibukota desa dipindahkan ke Pegagan. Rejiang turut terbawa, yang berupa alat kesenian Trebang, dengan kempul dari prunggu. Karena pesan Buyut Rejiang, siapa yang memegang jabatan sebagai kepala desa harus memegang pusaka rejiang, agar desa masyarakat menjadi tentram, aman dan sejahtera.

Di Cilogog ada buyut Buntu, yaitu buntunya sungai, karena daerah ini masih banyak ombel, bekas kawah gunung merapi yang padam. Buyut Buntu ini suka berbunyi ular naga yang besar, suaranya terdengar oleh masyarakat desa, yang menandakan akan terjadi sesuatu yang akan menimpa daerah ini. Pernah suara itu terdengar, ternyata terjadi malapetaka yaitu banjir besar. Daerah Rejiang sekarang menjadi daerah yang menghasilkan minyak tanah dengan statiun penampungan, bahkan satu tempat sampai terdapat 7 pipa pengeboran, karena besarnya sumber minyak.

 

DAFTAR KEPALA DESA PEGAGAN

Karena daerah ini tadinya dibagi tiga bagian, maka kuwunya pun ada tiga pula. Desa Rejiang yang menjadi kuwunya sdr. Depon Warli bin Darpan, dan diganti oleh sdr. Pulung.

Desa Cilogog yang menjadi kuwu terpilihnya, pemegang pemerintahan desa sdr. Mudra.

Desa Pegagan/ Ranggawana yang menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Saleh (didebut penduduk setempat sdr. Belenduk), waktu itu masih perwakilan. Pada tahun itu juga mengadakan pemilihan kepala desa dan yang terpilih adalah sdr. Tarban, menantu dari Haji Saleh. Setelah mengadakan musyawarah desa menjadi satu kembali dengan memilih kuwu dan tempat di Pegagan.

1.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Pulung yang berkedudukan di Pegagan

2.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Najan

3.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Wega

4.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Parna

5.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Umar

6.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Hajat

7.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Wega, terpilih kedua kalinya

8.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Kusen

9.      Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Sobari

10.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Mistar

11.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr.  Dadat Sudrajat, sebagai pejabat

12.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Dedi, sebagai pejabat

13.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Taryim tahun 1977 dari anggota POLRI

 

NAMA KAMPUNG DI DESA PEGAGAN

1.      Kampung Cilogog

2.      Kampung Rejiang

3.      Kampung Ranggawana

Desa Pegagan Nomor 137, dengan luas areal tanah 991 Km2, jumlah kerapatan penduduk laki-laki 2939 cacah jiwa grebeg dan perempuan 2996 jiwa grebeg, data keadaan tahun 1979.

 

KISAH SEJARAH DESA RANJENG

Desa Ranjeng diambil dari kata nama pekerjaan menangkap ikan yang di sebut Ranjengan. Cara Ranjengan yaitu sungai Saradan yang mengalir terus ke Cilet dibendung kedua tepinya, dan ditengahnya diberi bubu alat untuk menangkap ikan. Ditempat lain di hulu sungai dihalau/digiring bersama sama menuju bubu yang sudah dipasang, kejadian ini sekitar tahun 1680 yang dilakukan Ki Wanakerti bersama pembantunya. Ranjengan ini berasal dari bahasa sunda, karena daerah ini masih masuk daerah Sunda. Yang membuka pertama kali tanah ini ialah Ki Wanakerti karena daerah Ranjeng masih masuk daerah Sarang/Losarang.

Tempat membuat Tutus Ki Wanakerti disebut Buyut Tutus dengan pembantunya. Didekat poho Ketileng tempat beristirahat tempat ini pun diberi nama Buyut Ketileng dan didekatnya Nyi Gandasari.

Ditempat lain ketika Ki Wanakerti mengambil wudhu dengan tempatnya Goci buatan negara Cina dalam dinasti Ming. Dibawah pohon Dangdur tersingkat weluku petani, didaerah Jumbleng gentong Goci tadi. Petani yang menemukan bermimpi gentong Goci aga disatukan dengan temannya yaitu gamparan batu di Saang (Losarang muntur). Akhirnya gentong Goci diantarkan dengan upacara khusus, melaksanakan ilafat mimpi. Goci ini harus diisi oleh seorang anak perempuan yang masih Suci.

Kesenian Ranjeng sejak dahulu masih ada, alat ketuk telu yang disimpaan dan setiap tahun diadakan upacara pemukulan dan memandikan. Daerah Ranjeng setelah Muntur dan Krimun dibagi dua, Ranjengpun memisahka diri menjadi desa yang berpemerintahan.

DAFTA KEPALA DESA RANJENG

1.      Mula mula hanya diadakan perwakilan dengan pejabat Bekel, yang masuk daerah Sarang Muntur, sdr. Wepon

2.      Yang menjadi kuwu plihan sdr.  Wasdem

3.      Yang menjadi kuwu plihan sdr. Darma

4.      Yang menjadi kuwu plihan sdr.  Carma

5.      Yang menjadi kuwu plihan sdr. Dari

6.      Yang menjadi kuwu plihan sdr. Ruminih (L)

7.      Yang menjadi kuwu plihan sdr. Madkasan

8.      Yang menjadi kuwu plihan sdr. Darma

9.      Yang menjadi kuwu plihan sdr. Perminih

10.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Waryuni

11.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Durma

12.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Tarwan

13.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Miska

14.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Durakman

15.  Yang menjadi kuwu pejabat kuwu sdr. Surkana

16.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Suali S., dari Kepala Sekolah Ranjeng tahun 1979.

NAMA KAMPUNG DESA RANJENG

1.      Kampung Ranjeng Lor

2.      Kampung Ranjeng Tengah

3.      Kampung Ranjeng Kidul

Ranjeng desa Nomor 138, areal tanah 396 Km2 luasnya, Jumlah penduduk lelaki 1413 jiwa grebeg, dan cacah jiwa perempuan ada 1455 jiwa, keadaan tahun 1979.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar