Kejadian
ke dua di Losarang
Zaman
perkembangan di Indonesia tahun 1518-1942.
Kerajaan
mataram berdiri tahu 1586. Pada pemerintahan Sultan Agung antara tahun
1613-1645. Di Jakarta sudah berdiri V.O.C atas persetujuan John Van
Oldenbarneceldt tahun 1602 Jakarta jadi Batavia. Tentara Mataram menyerang
Kompeni tahun 1628 yang lamanya dua bulan. Karena Kompeni persenjataannya lebih
lengkap dan modern penyerbuan gagal. Tahun 1629 menyerang kembali Bau Rekso
Bupati Kendal tiwas dalam pertempuran, lumbung-lumbung persediaan makanan
tentara Mataram dibakar Coen akhirnya tentara mataram mundur. Hanya lumbung
dalem di Pekandangan Indramayu yang tidak terbakar. 
Tentara
mataram yang pulang dari Batavia karena kalah perang tidak terus kembali ke
Mataram, lebih baik tinggal di tanah bagian Mataram sebelah barat yaitu di
daerah Indramayu/Losarang pada kampung-kampung yang dikiranya aman. Di tempat
ini mereka masih membawa persenjataan seperti tombak, keris, dan lain
sebagainya. Justru itu dimasyarakat masih terdapat senjata keturunan nenek
moyangnya yang dirawat baik. Di tempat ini mereka sambil mengatur siasat ,
mereka berkerumun sambil memakai sarung karena selesai sembahyang. Tempat ini
disebut tempat berkerumun yang akhirnya berubah jadi kata desa Krimun. 
Karena
persediaan makanan mereka semakin habis, orang-orang yang kebetulan lewat
membawa perbekalan yang dikiranya untuk dikirim ke Kompeni, dirampas yang
melawan dibegal seolah-olah perang bergerilya. Lama kelamaan kampung ini disebut
kampung Sarang tempat penyamun berkumpul sampai tahun 1930 an masih banyak
penyamun yang merampas/membegal perbekalan kepada orang-orang yang kebetulan
lewat daerah krimun atau Losarang. 
Berita
ini suaranya semakin meluas atau menjadi gemuruh gumuntur seperti halilintar
menyambar mangsanya, terdengar kemana-mana. Terjadilah nama Gumuntur yang
akhirnya jadi kampung Muntur, dalam candra desa pada lontar dikatakan “ SEKAR
PUNTANG KRIMUN PENDAWA JANGGA, GUMURUH GUMUNTUR MANGSA RANDEGA”. Daerah ini dianggap
daerah orang yang sudah kesarang, sulit untuk diliwati musuh/lawan. 
Salah
satu wali asal Karawang yang bernama Haji Abdul Fatah Walakiah lewat ketempat
ini selamat, akhirnya ia menetap di Muntur dan ingin menolong kepada siapa saja
yang memintanya, ia mengatakan dengan bahasa Sunda Karawang: “BADE NGANTEUR
KANU SIEUN, NULUNG KANU SUSAH”. Sesudah itu kampung Sarang sejak tahun 1771
dipecah menjadi dua, yaitu Muntur dan Krimun karena daerah ini mulai diduduki
tuan-tuan tanah Belanda. Gedong Demang Losarang dibuat tahun 1777, oleh
Belanda. Waktu itu Zaman Kobokan, artinya setiap orang habis membawa kerbau
yang dianggap berpenyakit, pulangnya harus mencuci tangan dengan air karbol
pada kobokan. 
Demikian perjalanan Ki Kuwu Sangkan dalam
menyebarkan agama islam pada abad ke 16 sampai kepada tuan-tuan tanah Belanda.
Dikisahkan dalam lontar:
BUBARE
SING PAREAN
DESA
SANTING KEGUNTURAN
KRIMUN
CAKET NING MARGI
PUNTANG
KANDANG SAPI
KEDEPOK
NIN PINGGIR SUMUR
KARANG
ANYAR ARIS JANGGA
RANCAGUNDA
KALINE MATI 
LOGOG
GEMPOL WONG PEGAGAN
NABUH
BARENG SOR KENDAYAKAN
DESA
JUMBLENG KEBON JAMBU
BETOKAN
NING PINGGIR KALI 
KARANG
MALANG KALI PENDAWA
KEDEPOK
NING KALI ASIN
WONG
RANCAGUNDA PATING GELETAK
KALI WARU KALINE MATI.
Demikian bahasa lontar menunjukkan suka duka dalam
perjalanan tiap-tiap daerah situasi dan kondisinya lain-lain, bahkan pernah
juga Ki Kuwu Sangkan dalam melaksanakannya, kadang-kadang tugasnya dibarengi
dengan kesenian. Seperti kesenian Trebang. Contoh tari trebang yang dilakukan
Ki Kuwu Sangkan dalam mengembangkan agamanya, orang dilarang pergi jauh pada
hari sabtu. Susunan tari trebang: 
1.     
Tari
Burat Gembir menunjuk mengambsen
2.     
Tari
Udang udang
3.     
Tari
Lontang 
4.     
Tari
Ejeng ejeng
5.     
Tari
Yu Lallah, ayu menyembah Allah
KABUPATEN INDRAMAYU
Tahun 1527 (tanggal 7 oktober) Indramayu
mulai dibabad oleh Raden Arya Wiralodra asal Bagelen yang dibantu Kyai Tinggil,
atau tahun sak 1432. Dalam lontar dikatakan demikian: 
AWIT
WIJINING LOCANA 
BERMARA
ANGENG ING TAWING
KANG
LEMBU PEDET NUSONI
JONG
LAYAR SUMENGKENG WUKIR
KUDA
NGERAP PANDENGAN NING
CANDRA
NING SANGKALA TAHUN
AMANGUN
NAGARA NIRA NULYA WIRALODRA 
HAJEJULUK
PRBU INDRAKUSUMA
Candra sengkala tersebu menunjukkan
Indramayu sudah di babad. Dalam babad Dermayu jauh sebelum itu, daeah
Kandanghaur sampai perbatasan Majalengka masuk perbatasan Rajagaluh dan daerah
Sumedang. Ternyata di Eretan, Lelea , Legok dan Haurgeulis masih terdapat
penuduk yang berbahasa Sunda dan nama nama temat daerah tadi memakai bahsa
Sunda. Dalam lontar dikatakan pula bahwa Raden Wiralodra beristrikan dengan Nyi
Endang Darma Ayu alias Nyi Gandasari, hanya dilarang diumumkan karena yang
dapat menglahkannya ialah Syekh Magelung Sakti waktu sayembara di Pangurugan. 
Seperti pada lontar disebutkan di bawah
ini:
BENJING
NYI ENDANG DARMA ING BESUK
DAUP
KAGARWA ING KRAMI
KALIAN
KI WIRALODRA 
NANGING
INGETA ING WELING
ORA
KENA KACATRUNA 
IKU
SAKEHING PAMO (A) LI
NI
ENDANG DARMA PINUNJUL
PUTRI
NATA ANGGAYASTRI
INGKANG
SANES MALIH ASMA 
RATNA
GUMILANG KAKASIH
RATU
SAK(A)TI UTAA
NYI
MAS RATU GANDASARI
Jelas disini Nyi Endang Darma Ayu sebenarnya adalah
Nyi Mas Ratu Gandasari, Nyi Panguragan, Nyi Ratu Saptarengga, Siti Fatimah,
Siti Asiah, Siti Katijah Sari Kedaton, Nyi Ratu Gede Junti, disebut juga Nawang
Wulan karena kecantikannya, bahkan turunan dari widadari.
Nyi Gandasari putri asal kesultanan Aceh Raja Utara
yang dititipkan pada Ki Kuwu Sangkansebagai anaknya sendiri, karena Ki Kuwu
tidak punya turunan anak.
Pda
tahun 1450-1506 Putra seorang Kyai Bagdad yang bernama Syehk Magelung Sakti/
Syekh Siti Jenar/ Syekkh Lemah Abang pernah tinggal menempati daerah indramayu
dan Cirebon. hal ini memang ada hubungannya dengan kisah sejarah Losarang.
PERANG DAERAH ANTARA DERMAYU DAN SUMEDANG
Daerah
Ciamis dilanda peperangan dengan Sumedang. Karena Raja Sumedang yaitu Nyi Ratu
Patuakan merasa kalah, Sumedang minta bantuan pada Dermayu. Oleh Dermayu
disanggupi dan mulai bergerak pasukan dari Pulau Mas ke Ciamis. Pasukan Ciamis
dikalahkan pasukan Dermayu. Sumedang menang. Semua taklukan Ciamis ssebagai
tawanan perang dianttaranya pasukan para dedemit digiring dibawa dan berkumpul
di Pulau Mas, dengan rajanya Prabu Wiranatakusuma Raden Weringin Anom, dan
patihnya Wiragora bangsa Piwawungan, dan daerah ini sekarang banyak
sekelilingnya sawah, tetapi pulau Mas mash ada tampak daratan tinggi, sampai
sekarang daerah ini masih suka mendengar ada suara tanpa rupa kemudian barang
yang dipinjam dari suara gaib itu hilang. Dikatakan orang besuk akan terjadi:
Pulau Mas bakal pindah ke kabupaten dan tempat itu akan menjadi tempat tambang
emas” tanah bekas Pulau Mas, sekarang tumbuh pohon Buta-buta.
PERANG KEDUA DENGAN ARIA KEMUNING PUTRA LURAGUNG
DENGAN DERMAYU
TAHUN 1479 Sunan Gunungjati mengembangkan agama islam
di Cirebon dan bahkan kenegeri china tahun 
1642 pada zaman Dinasti Ming. Waktu melewat ke Cina bertemu dengan putri
Cina yang disuruh memakai Boko yang bernama Nyi Ong Tien yang kelak menyusul
karena hamil keanah Jawa disuruh ayahnya membawa barang-barang tiga kapal dan
jadi istrinya Sunan Gunung Jati tahun 1481. 
Tahun
1483 Aria Kemuning puta Pangeran Kuningandar luragung dilahirkan. Dan menjadi
anak angkat Nyi Ong Tin. Aria Kuningan. Nyi Ong Tien putri dari Liem Kwan Nyoh,
keturunan Cim Kesek, Kaisar Nung Lo 1403-1424. Dinasti Ming 1368-1644. Kuburan
Nyi Ong Tien ada di Gunung Jati, separo dikubur secara Cina separo lagi dikubur
secara Islam. 
Tahun
1528 baru selesai perang antara Cirebon dengan Rajagaluh,. Selesai itu Sunan
Gunung Jati berkeliling tanah sunda dala mengembangkan agama islam. Aria
Kemuning sekembalinya dari medan perang dengan Rajagaluh memeriksa daerah
Dermayu. Di Indramayu sudah di buka perkampungan oleh Rd Wiralodra asal anak
bupati Bagele yang dibantu Kyai Tinggil tanggal 7 Oktober 1527, setelah menyepi
dapat ilapaf harus ke Cimanuk dan akan mulya sampai tujuh turunan. waktu Aria
Keemuning datan ke Indramayu dengan mennggang kuda pusaka Si Windu yang putih
bersih yang engan kakinya sekali tendang musuh bisa hancur. Melihat perkampungan
ki Wiralodra, Aria Kemuning jadi marah, tidak terima membuka perkampungan tanpa
izin. Sedang Ki Wiralodra mempertahankan kebenarannya, terjadilah perang
tanding. Aria Kemuning kalah, kuda Si Windu lari kabur, Rd Wiralodra segera
menghadap Pangeran Pasarean sebagai wakil Sunan Gunung Jati, mengijinkan
membuka tanah Cimanuk Kali. 
PERANG KETIGA PERANG MERANG SEGEDENG 
Waktu Pangeran Darma berguru agama Islam ke Sultan
Panembahan Ratu di Cirebon dengan temannya dari Sumedang Gesan Ulun tahun 1579.
Istri muda sultan Panembahan Ratu yang bernama Nyi Ratu Arisbaya yaitu putri
asala dari Mataram jatuh cinta pada muridnya yang bernama Gesan Ulun ptra Dalem
Sumedang. Pangeran Darma dari Indramayu mengetahui kejadian ini, sebab ia yang
sebenarnya iri hati karena ia sendiri yang jatuh cinta pad Arisbaya. 
Waktu Gesan Ulun pulang ke Sumedang, Ratu Arisbaya
ikut menyusul ke Sumedang. Pangeran Darma diperintahkan oleh Sultan Panembahan
Ratu mengantarkan surat ke Sumedang yang isinya surat menanyakan Ratu Arisbaya
ada atau tidak di Sumedang.
Pangeran Darma tahu dan segera pulang melaporkan kpada
Sultan Cirebon, yang waktu itu kebetulan sedang berkumpul dengan istri tuanya
Ratu Pakungwati, bahwa ia sendiri menyaksikan dengan mata kepala sediri Ratu
Arisbaya sedang berdua dengan Gesan Ulun di Sumedang. Pangeran Darma berjanji
kepada Sultan akan membantunya dan sanggup mengalahkannya.
Tidak lama kemudian Bupati Sumedang membalas surat
pertanyaan itu dan membenarkannya. Surat balasan dibawa putranya Gesan Ulun,
dengan isi suratnya menyatakan kedua insan sudah saling jatuh cinta, hal itu
agar Ratu Mataram Arisbaya ditukar dengan tanah Sindang Kasih/Sindansari
Kuningan sebagai penggantinya. Sultan Panebahan Ratu pun menyetujuinya, usul
tadi segera Pangeran Darma diperintahkan untuk memindahkan batas patok tanah
tsb. Dengan dibantu para santrinya yang disaksikan dengan Gesan Ulun. 
Selesai pekerjan, dan setelahnya sampai diperbatasan
Pangeran Darma membujuk/merayu pada Gesan Ulun diajak jalan-jalan melihat
daerah Indramayu. Mula-mula Gesan Ulun diajak jalan-jalan melihat daerah
indramayu yang aneh-aneh banyak buah-buahan. Di jalan perbatasan Legok,
Lohbener di begal para santri yang memakai topeng/kedok dari Cirebon yaitu
santri dan teman pangeran Darma yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang sudah
menunggu sedari tadi. Gesan Ulun sebelumnya sudah diracun sejak dari Cirebon.
Perang tanding terjadi Gesan Ulun tertusuk, kepalanya
terpenggal , sedang badannya dibawa kudanya ke Sumedang dengan pengawalnya. Rtu
Arisbaya diberi tahu dai pengawalnya, bahwa Gesan Ulun meninggal . Arisbaya
menuntut pada Sultan Cirebon, atas kematian Gesan Ulun yang
misteriusdirahasiakan itu. Sultan Panembahan menjawab, memang benar Gesan Ulun
sudah pergi dari Cirebin dengan Pangeran Darma. Terus Sultan Panembahan
mengadakan sidang darurat dengan memanggil Pangeran Darma. Sultan memutuskan
Pangeran Darma tidak bersalah, karena Pangeran Darma tidak mngakui perbuatannya.
Arisbaya cari akal untuk bisa membongkar pembunuhan yang misterius itu.
Rahasianya pasti ada pada Pangeran Darma. Arisbaya tahu bahwa Pangeran Darma
jatuh cinta apadanya. Ia datang ke Pangeran Darma
dengan pura-pura mau dikawin dan dijadikan isterinya. Asal Pangeran Darma
memberitahukan siapa yang sebenarnya membunuh Gesan Ulun itu. Pangeran Darma
bergembira pucuk dicinta ulam tiba, yang dicintainya datang sendiri dan mau
dijadikan isterinya, rahasia pembunuhan dibuka. Pangeran Darma mengaku dan yang
mengatur siasat , bahkan yang memenggal kepalanyapun ia sendiri . jelas disini
yang membunuh Gesan Ulun adalah Pangeran Darma, kata dalam hati Arisbaya. 
Arisbaya kaget dan marah, dengan badannya yang lincah
langsing seperti merang segedeng, menyerang pangeran darma , terjadi perang
tanding. Arisbaya kalah, lari ke Sumedang dan menetap disana, sedang Pangeran
Darma pulang ke Indramayu dengan tangan hampa. 
Bekas
pembunuhan Gesan Ulun di Legok oleh Arisbaya diberi patok pohon kesambi yang
diberitahukan dari Pangeran Darma. Dengan mengatakan “Besuk bila anak cucu
ingin kekayaan nyekar di Dermayu dan bila ingin kepangkatan nyekar di
Sumedang”. Di Legok waktu itu masih berbahasa Sunda penduduknya, tanggal 391980
petapakan Gesan Ulun dipindah karena kena pelebaran tanggul. Demikia Kisah
Sejarah Merang Segedeng diambil dari keadaan tubuh seorang yawanita yang
membela kekasihnya.
PERANG KEEMPAT TUMBAL PUSAKA SURUNG DAYUNG
Pusaka Losarang Keris Brujul Dunya Surung Dayung, akan
dipinjam untuk tumbal/obay rakyat Sumedang yang sedang dilanda bencana. Utusan
dari Sumedang datan untuk mengambil pusaka tersebut, karena menurut ilafatnya
harus mengambil syarat dengan pusaka tersebut. Ki Wanakerti mengingat Sumedang
adalah musuh maka keris perlu dicoba dibuka dahulu bila dibuka tetap tidak
berubah berarti boleh dipinjam tetapi bila keis pusaka Losarang dibuka ternyata
bengkok berarti pusaka ini dilarang dipinjamkan. 
Keris
Surung Dayung mulai dibuka yang disaksikan oleh utusan dari Sumedang, ternyata
benar keris mendadk menjadi bengkok berarti tanda dilarang dibawa pergi jauh
yang mengakibatkan Losarang yang akan rugi. Ki Wanakerti untuk mengambil jalan
tengah dikatakannya, utusan harus mngambilnya sendiri dari tengah laut jangan
dari tangan Ki Wanakerti sendiri mengingat akan terjadi sesuatu didaerahnya.
Karena itu keris dilemparkan ketengah laut dan silahkan utusan dari Sumedang
untuk mengambilnya. Semua utusan terjun dan mencarinya, setelah diusahakan
beberapa penyelam tetep tidak berhasil diambil utusan dari Sumedang merasa tertipu
dan dihinakan. Terjadilah peperangan. Ki Wanakerti setelah selamat dari
peperangan tadi mengeluarkan peringatan. “Besuk bila ada tamu dari Sumedang
jangan sampai menginap, harus pulang pada hari itu juga karena mengingat orang
sumedang adalah musuh”. Demikian pengakuan masyarakat yang masih diingatkan.
Kemudian yang bisa menemukan kembali adalah anaknya dari Cirebon yaitu Siti
Katijah Sari Kedaton yang dibantu Pangeran Jalon yang sekarang disebut dengan
nama Buyut Jarong dan Siti Katijah Sari Kedaton. Jarong diambil dari nama pohon
Jarong yang tumbuh dimuara sungai Sana, Siti Katijah dari Cirebon berlayar
menuju Losarang yang ditugaskan untuk mengambil pusaka, perahu diserang angin
besra sehingga Tihang agung layar patah dan perahu mendadak tidak bisa laju. Di
bawah perahu terlihat ada cahaya terang, mula-mula mencoba Pangran Jalon untuk
mengambilnya, hanya dapat Siti/atau tanahnya saja sekarang giliran Siti Katijah
yang mencoba mengambil ternyata dapat mengangktnya. Benda yang bercahaya tadi
adalah keris Brujul Dunya Surung Dayung yang dilemparkan ke laut yang sedang
dicari dengan tida sengaja diketemukan kembali. Karena perahunya berhenti
seperti tersangkut itu, sekarang dengan tidak disangka dapat jalan lagi. Dan
untuk meneruskan perjalanan yang lebih cepat Keris pusaka dapat mendayung
perahu. Sesampainya di muara Jarong semua diceritakan diketemukannya Keris
Pusak itu pada Kiyai Haji Nurakim yang menguasai muara Jarong akhirnya Keris
Pusak dinamakan KERIS BRUJUL DUNYA SURUNG DAYUNG
dan Siti Katijah dengan pangeran Jalon saat itu juga dinikahkan. Mengingat
keris harus dimiliki oleh Siti Katijah atau harus dimiliki seorang perempuan.
Keris Surung Dayung pernah hilang tetapi ia datang kembali tanpa ada siapa yang
mengantarkannya. Kemudian pernah jatuh kesungai air sungai itu menjadi penyakit
mata bagi siapa saja yang mandi di sungai. 
PERANG KELIMA PINDAH PATOK PERBATASAN 
Wira Permoda mendengar kabar bahwa Raja Sumedang
Pangeran Rangga Gempol ke III TAHUN 1656 akan melamar Putri kerajaan Mataram
untuk dijadikan permaisuri. Wira Permoda mengatur siasat untuk bisa memikat
Raja dan mengalahkannya, ia membuat group Kesenian Ketuk telu dan ia sendiri
yang langsung menjadi ronggengnya, dengan jalan menyulap diri jadi wanita
cantik dengan nama Ciptawati. Disepanjang jalan yang akan dilalui oleh Raja
Sumedang, selalu ditontonkan acara yang menarik, sehngga orang-orang berkumpul
menutup jalan yang akan memberi sambutan. Raja Sumedang terpukau dan turun dari
keretanya langsung memeriksa Ronggeng. Karena memang Ciptawati sengaja untuk
memikat Raja Sumedang. Ciptawati selalu menyindir dan menyebutnya  keagungan Raja Sumedang. Pangeran Rangga
Gempol tertarik dan jatuh cinta pada Ciptawati, Ciptawati yang mersa berhasil
rayuannya gembira dan Raja Sumedang langsung meminangnya. Pinangan tersebut
diterima. Jadi Pangeran Sumedang tidak jadi meminang Putri Mataram, karena
tertarik dengan Ronggeng Ciptawati dari Indramayu.
Ciptawati dijadikan permaisuri Pangeran Sumedang
Rangga Gempol, uasal syaratnya permintaanya untuk perkawinan dapat dituruti
yaitu dengan maskawin sebidang tanah yang dikehendaki dan agar dapat dilakukan
dengan segera. Daerah Jatitujuh, Bantarjati, Pasiripis, Sukamulya, Loyang,
Cikedung, Sanoa, Gantar, Haurgeulis, masuk daerah Indramayu. Pangeran Summedang
menyanggupinya, pemindahan patok segera dilakukan. Patok batas Sewo dipindahkan
ke Senoa, patok batas Parean dipindahkan ke 
Cikawung , patok batas Lelea dipindahkan ke Gedel. Selesai pemindahan
batas patok terjadi melangsungkan prernikahan. Tetapi selesai perkawinan tidak
lama kemudian Wirapermoda menjelma kembali jadi lelaki dn melawan kepada
Pangeran Sumedang. Pangeran Sumedang menutut agar batas patok dicabut dan
dipindahkan kembali kepada posisi semula karena pPangeran Sumedang merasa
tertipu. Tetapi Wirapermoda memertahankannya sampai titik darah pepenghabisan
perang terjadi. Dalam peperangan Anjing jangkung yang besarnya seperti zebra
kepunyaan Kiyai Cikoneng anjing pelacak pusaka yang sudah terlatih hilang
lenyap tanpa krana didaerah Langut merasa panas kena pukulan orang Indramayu,
prajurit Sumedang kalah dan mundur pulang. Sampai sekarang bila ada orang yang
membawa anjing kebetulan asal dari Langut Indramayu yang Ke Sumedang orang sana
tetap menghargainya , menurut perkiraanya anjing pusakanya yang dulu hilang
kembali lagi. Dalam perjalanan pulang prajurit Sumedang disepanjang jalan
disetia ada kesempatan mencuri gadis perempuan ayu yang mereka sukai. Di Jangga
putri Cina diambil dinaikkan keatas kudanya untuk dijadikan istrinya. Orang tua
Cina minta tolong pada buyut Sampuh yang berkuasa disitu. Buyut Sempuh yang
dikenal sebagai orang kuat yang dapat merebutnya kembali dengan tidak terasa
oleh musuh. Benda Pusaka Buyut sempuh masih disimpan pada sdr. Raden Tarma. Nyi
Simpruk pun diri jangga diambilnya, tetapi bisa melawan karena tidak bisa
dibawa Nyai Simpruk diikat lehernya digantung keujung kanan dan kiri sampai
putus lehernya atau Tugel Janggane.
Karena
Sumedang kalah perang, Sumedang mengutuk Dermayu: “Sekarang biar kami kalah
tetapi besuk tanah Dermayu tak laip laip dan kalau sudah yang menjadi Bupatinya
yang ke 17 turunan dari Wiralodra tanah kami akan masuk daerah kami kembali
dengan nama Ujungjaya, dan besuk bila orang memilih aderah sebelah selatan akan
kalungan Lepet, tetapi penduduk yang memilih sebelah Utara bakal kalungan
Dolar”. Kata ramalan orang Sumedang disana penduduknya awas jangan salah
memilih sebab akn menentukan nasibnya sendiiri. Prajurit lainnya Buyut Sikep
hilang didaerah Buyut Depok. 
KISAH SEJARAH DESA MUNTUR
Didaerah ini mengalir kali Santing ke kali Cilet
(Ciheuleut) di Karang Anyar. Sehingga desa ini aslinya ialah Kampung Santing,
yang sekarang Balai Musyawarah Desa masih terpelihara utuh dengan tongtongnya
bahkan tongtong wasiatnya tidak boleh dibunyikan karena balai desa sudah pindah
ke muntur. Bila tongtong dibunyikan kepada siapa saja yang mendengarnya
masyarakat akan dihinggapi penyakit gemetar ketakutan. Masjid asli Santing
tepatnya tetap, memolo aslinya masih ada yang dibuat dari tanah liat, buatannya
masih berbau agama hindu dengan bentuk segi empat. Kubahnya suka berbunyi kala
akan terjadi bencana bagi masyarakat santing. Kata Muntur diambil dari
perkataan Gumuruh Gumuntur Bocah Santing Kagunturan yang artinya suaranya
sampai kedengaran ketempat yang lebih jauh seperti suaranya GUNTUR terdengar
kemana mana.menurut catatan di Santing Kampung Santing dibuka dan di babad sama
dengan dibukanya kampung Sarang pada Rebo Wage oleh Pangeran Dawala Brata asal
dari utusan Cirebon anaknya berguru ke Buyut Gentong yang bernama Masptrapura
yang beristri Nyi Karni/Senti Ronggeng asal Pejajaran. Dalam perkawinannya
tidak disetujui leh mertuanya karena masih beragama Hindu. Setelah masuk Islam
Ni Karni akhirnya menyingkir ke Cilet karena mmasih merasa diasingkan mertuanya
dia bertapa di Kampung Karanganyar sampai kepadameninggalnya. Di Karanganyar
sebagai tempat bertapanya disebut Buyut Ronggeng, waktu bertobat pada Tuhan masuk
Islam berbuat kebagusan terkabul walaupun mertuanya tidak mengiraukan.
Menurut catatn di Karanganyar waktu Buyut Ronggeng
bertapa karena ingin diakui mertuanya dalam berbuat kebagusan ada ucapan “Besuk
bila Buyut Ronggeng ada yang membangun orang muntur bakal mengalami kesuburan”.
Dalam lontar dikatakan bahwa kampung santing lebih tua dari kota muntur dalam
candra desa dikatakan sebagai berikut:
BUBARE
SING PANJUNAN
KARANGSINOM
LET SEWENGI
BOCAH
SANTING KEGUNTURAN
LOSARANG
CAJET MARGI
KARIMUN
GUDANG NANJUNG
KARANG
GANDOK BANGLER MARGI
MIWAH
PUNTANG JANGGA
KARANGMALANG
SABRANGAN ARIS
KARANG
KLETAK RANCAGUNDA
KEDEPOK
DEPOK
Jelas disini kata muntur dari kalimat bocah santing
kegunturan akibat kekejaman seorang jagoan. Suaranya gumuruh gumuntur
kedengaran terkenal kemanamana. 
Didekat Buyut Gentong terdapat kuburan Demang
Margadipura, pejabat Zaman Belanda di Losarang. Didaerah ini dahulunya dijaga
oleh Kaki dan Nini Rati yang berasal dari Trusmi. Buyut Gentong pernah terbakar
tahun 1959. Waktu zaman D.I yang mengakibatkan Gentong aslinya hilang. Kejadian
lainnya tahun 1948 Kiyai Asnawi pernah naik pohon Asem yang sudah berumur lebih
dari 460 tahun, yang dahulunya tempat persinggahan burung Blekok. Kyai Asnawi
naik tidak bisa turun. Buyut Singkil, Sela Kuning, Ki Gedeng Tulus dan Nyi
Gandasari di Ranjeng adalah pembantunya Ki Wanakerti/Buyut Gentong.
DAFTAR KEPALA DESA MUNTUR
1.     
Yang
menjadi Kuwu Pertama sdr. Tiban/Kariman
2.     
Yang
menjadi Kuwu ke dua sdr. Astinah berkedudukan di Santing
3.     
Yang
menjadi Kuwu ke tiga sdr. Haji Samaun
4.     
Yang
menjadi Kuwu ke empat sdr. Sidin
5.     
Yang
menjadi Kuwu ke lima sdr. Kadim
6.     
Yang
menjadi Kuwu ke enam sdr. Catem tahun 1943 zaman Jepang
7.     
Yang
menjadi Kuwu ke tujuh sdr. Raci
8.     
Yang
menjadi Kuwu ke delapan sdr. Catem terpilih kedua kalinya
9.     
Yang
menjadi Kuwu ke sembilan sdr. Kasnawi 
10.  Yang menjadi Kuwu ke sepuluh sdr. Surya
dari kepolisian 
11.  Yang menjadi Kuwu ke sebelas sdr. Kamad
12.  Yang menjadi Kuwu ke dua belas sdr Sartama (1977
-1980)                       
13.  Yang menjadi Kuwu ke tiga blas sdr Caswan TNI ( PJ)
14.  Yang menjadi Kuwu ke empat belas sdr.
Carta (Kawer)
15.  Yang menjadi Kuwu ke lima belas Caswan TNI ( PJ)
16.  Yang menjadi Kuwu ke  enam belas sdr. Taryono (1998-2005)
17.  Yang menjadi Kuwu ke tujuh belas sdr.
Abdul Khanan (
2005-2014)
18.  Yang menjadi Kuwu ke delapan belas sdr. Sugeng
Sucipto PJ (6 bulan)
19.  Yang menjadi Kuwu ke sembilan belas Sdr.
Carudin ( 2014 2020)
20.  Yang menjadi Kuwu ke dua puluh Sdr. Kandi ( 6 bulan)
21.  Yang menjadi Kuwu ke dus puluh satu sdr Tanuri (
2021 )
NAMA KAMPUNG DI DESA MUNTUR
1.     
Kampung
Sarang Kulon
2.     
Kampung
Karanganyar
3.     
Kampung
Santing
4.     
Kampung
Bojong Genting
5.     
Kampung
Buyut Gentong
6.     
Kampung
pemukiman baru tahun 1980 Cilanyar Kertajadi
Muntur
desa Nomor 131, dengan luas tanah 1520 km dan jumlah penduduk tahun 1979
laki-laki 2980 dan Perempuan 3155.
KISAH
SEJARAH DESA KRIMUN
Krimun berasal dari kata berkerumun memakai sarung,
yaitu prajurit mataram yang kalah perang dengan kompeni di Batavia. Menyusun
kekuatan baru dengan cara bergerilya melawan kompeni didaerah ini. Sedang kata
kriya menurut kata jawa kuno yang artinya perbuatan yang suci. Jadi tempat
berkerumunnya orang yang akan berbuat suci. Tentu saja berbuat suci untuk tanah
airnya. 
Sehingga tanah Sarang Wetan disebut tanah Jidah oleh
Ki Wanakerti termasuk tanah Mataram sebelah barat sedangkan sebelah barat sewo
disebutnya tanah mataram daerah yang akan dikuasai kompeni 
Adat masyarakat Krimun tidak boleh naik haji ke Mekah
ini disebabkan karena waktu Ki Wanakerti naik haji disangka meninggal padahal
nylimpe di tanah suci Jidah. Akhirnya orang beranggapan bahwa anak putu isun
besuk tidak perlu naik haji ke Jidah sedang tanah krimun sendiri sudah disebut
tanah Jidah. Jadi cukup orang tua saja yang terdahulu., itulah sebabnya adat
yang ada sekarang ada pribahasa Wong tua gawe Kwitan wong Enom darma ngelakoni.
Lambang desa Krimun adalah wayang hanoman. Lambang seorang pahlawan yang hidup
mengabdikan diri kepada kebenaran yang terpisah dari golongannya diam ditempat
yang baru dari daerah mataram. Sebutan Hanoman sampai sekarang masih dilakukan
kepada orang yang lupa menyebutkan namanya cukup dengan sebutan SI ANOMAN atau
kepada yang belum kenal namanya disebut dengan singkatan SI ANO. Lambang
hanoman telah dipakai sejak berdirinya pemerintahan desa dan terpilihnya kepala
Desa. Krimun dan Muntur dahulunya satu desa dengan sebutan nama Losarang tahun
1771 setelah ada pemerintahan Belanda desa ini dibagi dua dengan nama Krimun
dan Desa lain dengan nama Muntur. Tetapi kampung sarang masih disebut dengan
kampung Sarang Wetan dan Kampung Sarang Kulon. Masyarakat Krimun waktu zaman
Belanda dikelompok kelompokkan. Kelompok Cina ketuanya Ket Nyoh. Dekat buyut
Jarong suka kedengaran gendean seperti Buyut Ronggeng, Ujung Ori, dan Pulau
Mas. 
DAFTAR KEPALA DESA KRIMUN
1.     
Dari
tahun 1771 sampai 1799, kuwu sdr. Suta Marta
2.     
Dari
tahun 1880 sampai 1827, kuwu sdr. Suta Praja
3.     
Dari
tahun 1828 sampai 1844, kuwu sdr. Atim (Ada dua, di Krimun sdr Atim di Losarang
/ Sarang wetan kuwu sdr Nasem
4.     
Dari
tahun 1845 sampai 1874, kuwu sdr. Atim (Kuwu Nasem dihapus)
5.     
Dari
tahun 1875 sampai 1905,  kuwu
sdr.Murtiyah 
6.     
Dari
tahun 1906 sampai 1937, kuwu sdr. Kasda (Bapaknya kuwu Rakil)
7.     
Dari
tahun 1938 sampai 1944, kuwu sdr. Mala
8.     
Dari
tahun 1945 sampai 1949, kuwu sdr. Rakil
9.     
Dari
tahun 1950 sampai 1957, kuwu sdr. Kabut bapaknya Kuwu Tarmani
10.  Dari tahun 1958 sampai 1977, kuwu sdr. S.
Tamad
11.  Dari tahun 1978 sampai 1985, kuwu sdr. Tarmani
dari anggota polisi
NAMA KAMPUNG DI DESA KRIMUN
1.     
Kampung
Sarang Wetan
2.     
Kampung
Buyut Gentong
3.     
Kampung
Sukawera
4.     
Kampung
Kandang Sapi
5.     
Kampung
Pasar
6.     
Kampung
Kertasari, pemukiman tahun 1967
7.     
Kampung
Karang Malang
8.     
Kampung
Karanggandok
9.     
Kampung
Anjun
Krimun desa nomor132 dengan luas tanah 1353 km2
kerapatan penduduk tahun 1979 Laki-laki 3456 jiwa perempuan 3678 jiwa.
KISAH SEJARAH DESA PUNTANG
Nama desa puntang diambil dari kata Muntang dari
bahasa Sunda Majalengka Kata kerja Muntang Gayot. Desa puntang pertama kalinya
disebut desa Muntng nama ini terjadi sekitar abad 16. Jauh sebelum itu daerah
ini didiami oleh bangsa pedagang cina pendatang yang bernama Po Ah yang meniami
ditengah tengah daerah ini sehingga daerah ini disebut Buyut Puser. Artinya
pusat tengah-tengah desa ini. Pendatang Cina yang kedua yang menjadi penduduk
ini yaitu Nyi Ang Ce, dekat buyut Santri. Rumah-rumah bekas Cina sampai
sekarang masih ada, seperti contohnya dekat Balai Desa Jangga sdr. Sun Hok.
Setelah itu datanglah tiga orang bersaudara yang berasal dari Majalengka: 
1.     
Raden
Santri karena waktu meninggal mengeluarkan cahaya seperti petromak  yang ngeramat disebut Buyut Kramat.
2.     
Raden
Kelud, sebagai pawongan Ki Sukaraja
3.     
Ki
Sukaraja, orang yang dipercaya membawa pusaka raja. Pusaka raja tidak boleh
lepas dari tangannya apalagi diletakkan ditanah, selama masih belum selesai apa
yang sedang dilakukan dalam melaksanakan ilmunya.
Ketiga orang ini menelusuri kali dolop/Boros Betokan,
terus ke Gi Dingkul dan Kke Kali Pangkalan. Ke Cemara dan akhirnya  berhenti dimenara pohon Jarong waktu mandor
Pangkalan mengadakan pemeriksaan perahunya berhenti. 
Ki Sukaraja minta pergi kesebelah barat dari pangkalan
untuk mencari tempat peristirahatan yang sebenarnya tempat ini yang baru dia
membuka tempat yang dianggap baik, yaitu dibawah pohon yang rindang yang
kebetulan ada untuk muntang gayot (bahasa sunda artinya berpegangan tangan
dengan menggantungkan diri, seperti kera).
Ki Sukaraja yang sedang melakukan kelakuan ilmunya
dengan pupuntangan saja dimana ia istirahat, maka tempat ini disebut desa
Muntang yang lama kelamaan berubah sebutan diganti dengan nama desa Puntang.
Waktu Ki Sukaraja muntang pusaka raja yang berupa keris pusaka diletakkan
dibawah ia lupa akan larangan ini yang sebenarnya pusaka itu dilarang
diletakkan ditanah sehingga lepas dari pegangan tangan . karena
melanggarperjanjian pusaka raja mendadak hilang tanpa krana. Selesai muntang Ki
Sukaraja melihat pusakanya hilang iamenyangka ada yang mengambilnya dan pasti
yang megambilnya kepada saudranya Ki Santri. Mengapa menuduh Ki Santri kaena ia
yang mengingini sejak keberangkatan dari tempat asalnya Majalengka. Dengan
demikian ia segera datang ke tempat dimana kakaknya berada yang tidak jauh dari
tempat itu. Dengan tidak dipikir panjang lagi, ia langsung menuduhnya dan
sekaligus membunuhya, karena Ki Santri tetap tidak mau mengaku mengambil atau
menerangkan dimana pusaka raja disembunyikan. Ki Santri karena tidak melakukan,
mendapat fitnah  belakar, setelah
meninggal datang cahaya seperti petromak ia masih ngeramat, sekarang disebut
buyut Kramat. Buyut Sukaraja disebelah buyut tingkem.
DAFTAR KEPALA DESA PUNTANG 
1.     
Yang
menjadi Kuwu pertama sdr. Gopa
2.     
Yang
menjadi Kuwu kedua sdr. Sarmita
3.     
Yang
menjadi Kuwu ketiga sdr. Brangsong
4.     
Yang
menjadi Kuwu keempat sdr. Sarban
5.     
Yang
menjadi Kuwu kelima sdr. Duriman
6.     
Yang
menjadi Kuwu keenam sdr. Disem
7.     
Yang
menjadi Kuwu ketujuh sdr. Sruwut
8.     
Yang
menjadi Kuwu kedelapan sdr. Sanggur
9.     
Yang
menjadi Kuwu kesembilan sdr. Dayat sejak tahun 1955 
10.  Yang menjadi Kuwu kesepuluh sdr. Durajak
11.  Yang menjadi Kuwu kesebelas sdr. Takisem Dirman
12.  Yang menjadi Kuwu keduabelas sdr. Slamet
Yuwono (asal dari guru)
13.  Yang menjadi Kuwu ketigabelas sdr. Sukaca
dari tahun 1978 (dari polisi)
NAMA KAMPUNG DI DESA PUNTANG
1.     
Kampung
Lebak Dalem, blok Sarban
2.     
Kampung
Lebak Tengah, blok Sarmita
3.     
Kampung
Lebak Kulon, blok Gudang Garam 
4.     
Kampung
Lebak Wetan Blok Bale Desa
5.     
Kampung
Daim, Jalan Karanganyar Krimun ditengah sawah
Puntang Desa nomo 33, dengan areal tanah 596 km2,
kepadatan penduduk tahun 1979 dengan cacah jiwa Grebeg Laki-laki 2182 dan
perempuan 2299 jiwa.
KISAH SEJARAH DESA JANGGA
Kata Jangga berasal dari tugel janggane yaitu ketika
peristiwa putusnya kepala Siti Jenar. Kejadian ini ketika perang Dermayu lawan
sumedang, dalam persoalan pindah patok. Prajurit Sumedang yang kalah perang
dengan Indramayu pulangnya dengan membalas dendam. Disepanjang jalan yang
mereka lalui bila kebetulan mendapatkan wanita cantik jelita mereka akan rebut
dan dibawa ke Sumedang untuk dijadikan istrinya. 
Diantaranya wania cantik keturunan Cina ikut dibawa
orang tua cina minta tolong kepada orang yang berkuasa di daerah ini yaitu Ki
Campuh. Dengan kepandaian Ki Campuh 
putri Cina dapat direbutnya kembali dengan tidak diketahui oleh
pencurinya, pada gendongan kudanya. Ada lagi wanita pelarian dari bugis yang
bernama Siti Sopiah turut dibawa, tetapi ia melawan dengan sekuat tenaga kepada
prajurit Sumedang. Akhirnya Siti Sopiah digantung ditarik kekanan dan kekiri
sampai putus lehernya. Penduduk setempat yang walaupun Siti Sopiah tugel
janggane ia masih melawan dan menyerang musuh tetapi Siti Sopiah tetap tidak
kuat meninggal ditempat dan dimakamkan disana dengan sebutan buyut Simpruk.
Dari kejadian Siti Sopiah menjadi ifat dan itihad masyarakat setempat , yaitu
bila ada oang jahat yang masuk desa Jangga pasti akan tertangkap oleh penduduk
setempat tanpa menunggu perintah dari kepalanya. 
Ditempat ini ada yang disebut Jangga Tua, yaitu tempat
rumah sakit pemotongan hewan kerbau yang terserang penyakit menular waktu jaman
belanda.
Rumah Sakit Hewan ini didirikan oleh Tuan tanah
Belanda yang sengajadibentuk untuk menipu para masyarakat tani dan peternak
kerbau sebagai hewan penghola supaya petani bisa menjual tanahnya ke Belanda.
Zaman ini disebut zaman Kobokan karena petani yang membawa kerbau yang dianggap
terserang penyakit menular setelah hewannya dipotong dan dikuburkan dirumah
sakit harus mencuci tangannya dengan air karbol yang sudah disediakan pada
kobokan baru petani diperbolehkan pulang. 
Balai Desa Jangga yang sekarang, adalah bekas Kantor
Demang Belanda yang mengurus kejadian di Rumah Sakit Hewan. Di Tanah kampung
Karanganyar dahulunya ada balai dan sumur segi empat dan jambangan tempat mandi
Nyi Nuntar merupakan masjid pertama di Losarang. Barang-barang Ki Nuntar masih
disimpan di Sdr. Kurdani. Sumur Ki Nuntar dahulunya tempat mengobati orang yang
sakit panas dan orang sakit mata. 
Bata Balai Desa Jangga digambar dengan wayang sekotak
pada setiap batanya. Diatas Balai Desa Jangga masih ada buku lama dengan paku
Masjid Agung yang panjang dan segi empat.
Antara Jumbleng dan Pulau Mas ada jalan batu yang keras
waktu jaman dahulu. Di Jumbleng ada Buyut Cempaka Mulya atau Buyut Kesambi
Doyong yaitu Kepala Desa Amis yang menyelamatkan diri, waktu perang dengan Ki
Kuwu Sangkan, karena ia tidak mau diislamkan sedang penduduknya lari ke hutan
Sinang. Disebelah utara Jumbleng ada Buyut Perawan.
Daftar Kepala Desa Jangga
1.     
Yang
menjadi Kuwu Pertama sdr. Marsani yang ditunjuk waktu zaman Demang di Jangga
2.     
Yang
menjadi Kuwu ke dua sdr. Deyo utusan dari Demang
3.     
Yang
menjadi Kuwu ke tiga sdr. Tiong utusan dari Demang Belanda
4.     
Yang
menjadi Kuwu ke empat sdr. Suti utusan dari Demang, jalan waktu itu masih bata
yang diinjak injak kerbau disebut Brak tempat berhenti kuda kuda Belanda.
5.     
Yang
menjadi Kuwu ke lima sdr. Tasmirah 
6.     
Yang
menjadi Kuwu ke enam sdr. Kasja
7.     
Yang
menjadi Kuwu ke tujuh sdr. Suta, hasil pilihan Rakyat
8.     
Yang
menjadi Kuwu ke delapan sdr. Sugra
9.     
Yang
menjadi Kuwu ke sembilan sdr. Samad
10.  Yang menjadi Kuwu ke sepuluh sdr. Suhud
11.  Yang menjadi Kuwu ke sebelas sdr. Dirja
12.  Yang menjadi Kuwu keduabelas sdr. Sanjur
13.  Yang menjadi Kuwu ketigabelas sdr.
Bandeng, waktu mulai zaman Jepang
14.  Yang menjadi Kuwu keempat belas sdr. Abas
15.  Yang menjadi Kuwu kelima belas sdr. Camad
asal dari guru
16.  Yang menjadi Kuwu keenam belas sdr. Tasmad
17.  Yang menjadi Kuwu ketujuh belas sdr.
Sontong yang punya ilmu kebathinan punya batu kuntilanak dll
18.  Yang menjadi Kuwu kedelapan belas sdr.
Tayib
19.  Yang menjadi Kuwu kesembilan belas sdr.
Kurdani asal guru dan sebentar
20.  Yang menjadi Kuwu keduapuluh sdr. Kardani
dari kepolisian tahun 1979
Nama
Kampung Desa Jangga 
1.     
Kampung
Jumbleng banyak jambunya
2.     
Kampung
Betokan, yang mendiami khusus harus turunan Buyut Tiwang
3.     
Kampung
Karangmalang
4.     
Kampung
Karang Bong (banyak kuburan Bong/Cina)
5.     
Kampung
Karang Kletak, waktu perang agama banyak pating gletak/mati
6.     
Kampung
Jangga Tua, nama Jangga yang pertama Buyut Simpruk
7.     
Kampung
Kalen Waru komplek menuju pertamina jalan ke Pegagan. 
Jangga
desa nomor 134, luas areal tanah 1483 km2. Kerapatan penduduk tahun
1979 dengan cacah jiwa grebeg laki-laki 2521 dan perempuan 2207 jiwa. 
KISAH
SEJARAH DESA PANGKALAN
Kali
Pangkalan mengalir kali Beres yang disebut kali Pangkalan. Daerah ini waktu
masih dekat atau pinggir pantai, menjadi pelabuhan atau pangkalan perahu
dagang. Orang pertama yang membuka daerah ini ialah Buyut Kepel. Kemudian Buyut
Kepel meninggalkan anak cucunya karena perselisihan paham agama, dan ia pergi
kedaerah baru Totoran sampai meninggalnya disana. Sungai yang dahulunya yang
berliku-liku itu, waktu zaman Belanda tahun 1927 alirannya diluruskan hampir
semua aliran sungai di Indramayu untuk menghindari banjir, sehingga kali
pangkalan yang melalui Lelea menjadi mati yang disebut kali Bosok, merupakan
kali perbatasan antara daerah Sumedang dengan Dermayu. 
Tanah
Pangkalan menjadi terbelah dua, dipindahkan oleh sungai yang baru, tanah
pangkalan ada yang masuk ke daerah Kiajaran Kulon dan sebaliknya tanah Kiajaran
Kulon ada yang berdekatan dengan tanah desa Pangkalan.
Di
Pangkalan ada Buyut Babar, nama yang sebenarnya ialah Sutra Jiwa asal prajurit
Bagelen dari Mataram yang menetap disitu, yang berkelahi dengan seorang utusan
dari Cirebon yang sedang memeriksa daerah ini, yang masih punya ilmu Macan
Siliwangi, menyangka musuh Kompeni. Dalam perkelahian mati babar semuanya
ditempat itu dan dimakamkan bersama sama pula. Kayu Bobotan punya Ki Buyut
Babar menjadi warisan anak cucunya yang sekarang alat ini masih digunakan untuk
upacara adat bobotan oleh penduduk setempat. Misalnya untuk upacara bagi anak
pertama dengan anak yang bungsu kebetulan lelaki semua untuk menyelamatkan
jiwanya. Harus mengadakan upacara bobotan, atau ditimbang sampai keduanya sama
berat/setimbang dengan diberi beberapa beban tambahan. Upacara ini bukan saja
mohon barokahnya dari Trruhan Yang Maha Esa, selamat dunia wal akhirat, juga
untuk memupuk kerukunan persaudaraan kekeluargaan.
Disebelah
Utara terdapat Buyut Dukuh, nama aslinya Gagak Alap Alap Pertala, yang membawa
kapal karam disana, yaitu seorang panglima Perang Prajuit Mataram pulang dari
penyerbuan ke Batavia, menetap disini sampai pada meninggalnya.
Buyut
Kepel yang sedang menyiarkan agama islam, sebelum meninggalkan daerah ini
menurunkan ilmunya kepada Buyut Telung (nama aslinya Raden Raga Ulap) asal
Pabean, karena Buyut Telung menambah ilmunya ke Trusmi Buyut Kepel tidak
setuju, lebih baik ia pindah ke tempat lain. Anak cucunya dibiarkan berilmu
pada Buyut Telung, yang dikenal dengan ilmu Birahian dengan diiringi kesenian
Trebang.
Buyut
Kepel yang tidak setuju dengan ilmu birahian dari Trusmi, daripada berselisih
terus dengan ajaran Syekh Lemahabang, lebih baik pindah ke Pabean ilir di Kali
Tengah Totoran. Yang tidak setuju ada yang ikut kesana. 
Ilmu
Birahi lewat seni Trebang masih dilakukan oleh keturunannya dan masih di
pertahankan, dengan ketuanya saudara Mudraim yang sekarang umurnya sudah
mencapai 105 tahun sampai tahun 1980.
Ilmu
Birahi ini, bila dilakukan tidak boleh separuh-separuh jadi harus semalam
suntuk selesai, karena itu semua keturunannya selalu melakukan hal itu,
walaupun tempatnya jauh memerlukan datang juga, bila belum selesai ditambah
sampai siang. Anggata Ilmu Birahi bila sedang mementaskan tidak perlu atau
mengharapkan imbalan jasa, yang terpenting ia telah melakukan ilmunya
sebagaimana mestinya. Diantara Ilmu Birahian lewat doa salawatnya seperti
misalnya:
                  J O G  T E M U R U N
Ngalor,
ngidul
Runtut,
Widadari,
Pandansari,
Yen
besuk ana mati,
Ganti
Allah,
Isun
tek turu ning Kubur.
Ini
salah satu doa salawat ilmunya. Doa ini dinyanyikan dengan lagu khusus, yang
diiringi dengan tari perempuan semalam suntuk, dilakukan dari mulai sore harus
sampai selesai tidak boleh dipotong-potong. Doa ilmu Birahi merupakan sejarah
perjalanan hidup dari dilahirkan, menjadi dewasa dan sampai meninggalnya.
Mereka beranggapa dalam kuburpun sebenarnya tidak mati, hanya dalam keadaan
tidak tidur malah ganti Allah. Jadi perjalanan hidup tidak akan mendapat
siksaan karena tidak ada mati. 
Dikampung
Mandar ada pertapakan 7 sumur Zaman Hindu, seperti halnya di Banten. 
DAFTAR
KEPALA DESA PANGKALAN
1.     
Yang
menjadi Kuwu pertama sdr. Rasbayi
2.     
Yang
menjadi Kuwu kedua sdr. Jalani
3.     
Yang
menjadi Kuwu ketiga sdr. Dewon
4.     
Yang
menjadi Kuwu keempat sdr. Dirga
5.     
Yang
menjadi Kuwu kelima sdr. Talam
6.     
Yang
menjadi Kuwu keenam sdr. Dirga tepilih kedua kalinya
7.     
Yang
menjadi Kuwu ketujuh sdr. Jamidi 
8.     
Yang
menjadi Kuwu kedelapan sdr. Dulati
9.     
Yang
menjadi Kuwu kesembilan sdr. Dori hanya 6 bulan 
10.  Yang menjadi Kuwu kesepuluh sdr. Masduki,
dari anggota ABRI
11.  Yang menjadi Kuwu kesebelas sdr. Masduki
tahun 1979 dari Juru tulis Pangkalannya
Nama
kampung desa Pangkalan 
1.     
Kampung
Pelabuhan
2.     
Kampung
Buyut Babar
3.     
Kampung
Buyut Dukuh 
4.     
Kampung
Mandar, yang ada 7 buah petapakan dahulu
5.     
Kampung
Tegal Tike masih daerah rawa, pesawahan
6.     
Kampung
Gaga Matri, menjadi komplek Pertamina
Pangkalan
desa Nomor 135, dengan luas areal tanah 1796 km2, jumlah kerapatan
penduduk laki-laki 1625 jiwa grebeg. Perempuan 
2310 jiwa grebeg, perhitungan tahun 1979.
KISAH SEJARAH DESA CEMARA
Nama Cemara diambil dari nama pohon Cemara, daerah ini
jdahulunya diajdikan tempat pelabuhan kapal, perahu nelayan. Pohon cemaralah
yang dijadikan tanda dari laut, karena pohon itu tumbuhnya tinggi dapat dilihat
dari laut/kejauhan. Sedangkan pohon lain yang banyak tumbuh disitu kebanyakan
pohon bakau atau api-api yang merupakan hutan yang tingginya tidak mencolok. Tanahnya
banyak berawa rawa, daerahnya dulu dilalui sungai Cimanuk lama, sebelum
diluruskan. Dimuara ini para nelayan, membongkar dan memuat barang dagangan
atau hasil lainnya dari laut. Tempat lain yang dahulunya muara sungai,
merupakan perbatasan daerah Sumedang yamg sudah jadi daratan 400 tahun yang
lalu, tetapi nama Pelabuhan masih tetap dipakai, merupakan kampung baru. Daerah
Cemara merupakan daerah baru pantai yang sudah dangkal, jadi daratan. 
Lebih kesselatan lagi tempat dari pelabuhan yang lama
pada abad ke 17 dan pernah menjadi timbunan balok-balok jati tua, ialah
Pangkalan. Tempat ini ternyata pada tahun 1970 kali ini dikeruk oleh kapal presiden,
mesin kapal tersangkut pada balok jati yang masih utuh, didasar sungai
pangkalan. Sehingga kapal itu tidak bisa maju atau mundur. Malah Embok Magede
Taswi dari Kampung Waled diminta pertolongannya untuk menyelamatkan kapal dan
kali bisa lebih dalam lagi. Dipantai Cemara ke Utara menjadi perniagaan orang
cina yang semakin ramai, perairan ini terkenal dan dinamakan Laut/Teluk Legok
Cina. Orang-orang perantauan Cina makin banyak saja yang bermukim ditempat ini
sampai ke daerah Puntang, ternyata tempat ini banyak Bong/Kuburan Cina. 
Tetapi waktu zaman Pembakaran Revolusi, banyak orang
Cina yang menyingkir ketempat lain, karena merasa bersalah melawan kepada
perjuangan Bangsa Indonesia. Salah satu korban nelayan yang meninggal terapung
dan dibawa ombak menepi dikuburkan disana. Dalam keterangannya bernama Pangeran
Kejoran. Karena mayat datangnya kambang terapung, makamnya disana dinamakan
Buyut Kambang, yang berubah menjadi Buyut Gambang, sekalian dengan segala
pperkakasnya dijadikan satu dalam kuburannya, yang berupa keris. 
Disebelah tempat ini kebarat terdapat tanah yang sudah
di buka oleh Nyi Pohbaya/Pembayun dengan Nyi Gandasari, bebedah membuka hutan
dan membuat parit/sungai, tempat ini disebut Buyut Pembaya, banyak oang yang
menyepi ditempat ini, malah ada yang berasal dari Majalengka. Suami Nyi Pembaya
ialah Pangeran Grata Kelana, berasal dari Cirebon, Nyi Pembaya sendiri berasal
dari istri Sultan Mataram yang dihadiahkan kepada Pangeran Grata Kelana atas
jasanya.
Dikisahkan bahwa Nyi Gandasari datang ketempat ini
tanda peresmian datang memakai payung yang berlapiskan emas, gelang emas, konde
emas, pokoknya serba emas, sambil naik kuda datangnya. Jalan yang dilalui Nyi
Gandasari, melalui Leuwigede, terus kedaratan Cemeti/Jemeti., dan setelah
sampai Kiajaran kudanya yang satu berpisah jadi dua jurusan, akhinya nama ini
dinamakan dua nama menjadi Kiajaran Wetan dan Desa Kiajaran Kulon. Sedang di
daratan tadi pecutnya hilang, menjadi desa Cemeti/Pecut. Dari sini baru bisa
meneruskan ke Cemara daerah baru Pembaya.
Dari Cemara Nyi Gandasari  terus ke Losarang, ke Ranjeng, Manggungan
merupakan perjalanan rutin mengikuti jejak Ki Wanakerti dalam mengembangkan
daerah Islam dan sampai ke desa Pendawa di Cikedung. 
DAFTAR KEPALA DESA CEMARA
1.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Dasimah tahun 1891
2.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Marta tahun 1900
3.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Dasim tahun 1911
4.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Catiman tahun 1939
5.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Asma, waktu Zaman Jepang tahun 1942
6.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Casyadi tahun 1966
7.     
Yang
menjadi Kuwu pilihan sdr. Didi Humaedi tahun 1980
NAMA KAMPUNG DI DESA CEMARA
1.     
Kampung
Cemara Kulon yang dipisahkan oleh sungai cemara atau Cimanuk Lama
2.     
Kampung
Cemara Wetan 
3.     
Kampung
Legok Bong
Desa Cemara Nomor 136, luas areal tanah 1925 km2,
kerapatan penduduk jiwa grebeg lelaki 1359, jiwa grebeg perempuan 1419 jiwa,
perhitungan tahun 1979. 
KISAH SEJARAH DESA PEGAGAN 
Daerah Pegagan mulanya dibagi dua, pertama yang
disebut desa Rejiang, asal dari nama Rajahyang Bumi Sora nama dari Putera Prabu
Siliwangi. Yang kedua daerah yang diberinama Cilogog, dari kata lagag-logog,
dari kelakuan masyarakat yang sedang melihat keramaian, karena ingin kelihatan.
Orang Rejiang mempunyai tanah gaga yang sekarang
menjadi tempat desa Pegagan, karena tempat palawijanya orang Rejiang. Desa
Pegagan sendiri nama kampungnya adalah Ranggawana, disana ada Ki Buyut
Ranggawana. Tanah waktu zaman Jepang diperintahkan agar masyarakat menanam
palawija ketela pohon, gaganya orang Rejiang supaya diteruskan. Tahun 1933 di
Pegagan Pak Haji Saleh mendirikan masjid yang pertama, mulailah tahun itu
banyak santrinya, waktu itulah kesempatan daerah Pegagan memisahkan diri dari
Rejiang dan memilih wakil kuwu dan kebetulan yang dipilih wakil kuwu adalah Pak
Haji Saleh sendiri. Pegagan setelah memisahkan diri mengadakan pilihan kuwu
yang sebenarnya setelah piihan yang terpilih sdr. Tarban, menantunya Kaji
Saleh. Mulailah daerah ini terpecah menjadi tiga daerah yang terpisah
masing-masing:
1.     
Desa
Rejiang dengan kuwunya Daspan Warli bin Daran
2.     
Desa
Cilogog dengan kepala desanya sdr. Mudra
3.     
Desa
Pegagan sendiri dikampung Ranggawana dengan kuwunya sdr. Tarban
 Jalan lain yang
menghubungi ketiga desa ini terpisah oleh sungai, dan jalan lain mulai ada yang
bisa menghubungi jalan yang lebih dekat. Karena ketiga ini sering terjadi
permusuhan antara masyarakat yang terdekat, perlu diadakan persatuan kembali,
dengan melalui musyawarah ketiga daerah ini. Hasil musyawarah ditetapkan yang
mempunyai jalan ekonomi yang strategis, maka jatuh ke daerah Pegagan. Maka
ibukota desa dipindahkan ke Pegagan. Rejiang turut terbawa, yang berupa alat
kesenian Trebang, dengan kempul dari prunggu. Karena pesan Buyut Rejiang, siapa
yang memegang jabatan sebagai kepala desa harus memegang pusaka rejiang, agar
desa masyarakat menjadi tentram, aman dan sejahtera. 
Di Cilogog ada buyut Buntu, yaitu buntunya sungai,
karena daerah ini masih banyak ombel, bekas kawah gunung merapi yang padam.
Buyut Buntu ini suka berbunyi ular naga yang besar, suaranya terdengar oleh
masyarakat desa, yang menandakan akan terjadi sesuatu yang akan menimpa daerah
ini. Pernah suara itu terdengar, ternyata terjadi malapetaka yaitu banjir
besar. Daerah Rejiang sekarang menjadi daerah yang menghasilkan minyak tanah
dengan statiun penampungan, bahkan satu tempat sampai terdapat 7 pipa
pengeboran, karena besarnya sumber minyak. 
DAFTAR KEPALA DESA PEGAGAN
Karena daerah ini tadinya dibagi tiga bagian, maka
kuwunya pun ada tiga pula. Desa Rejiang yang menjadi kuwunya sdr. Depon Warli
bin Darpan, dan diganti oleh sdr. Pulung. 
Desa Cilogog yang menjadi kuwu terpilihnya, pemegang
pemerintahan desa sdr. Mudra.
Desa Pegagan/ Ranggawana yang menjadi kuwu terpilih
sdr. Haji Saleh (didebut penduduk setempat sdr. Belenduk), waktu itu masih
perwakilan. Pada tahun itu juga mengadakan pemilihan kepala desa dan yang
terpilih adalah sdr. Tarban, menantu dari Haji Saleh. Setelah mengadakan
musyawarah desa menjadi satu kembali dengan memilih kuwu dan tempat di Pegagan.
1.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Pulung yang berkedudukan di Pegagan
2.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Najan
3.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Wega
4.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Parna 
5.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Umar
6.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Hajat
7.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Wega, terpilih kedua kalinya
8.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Kusen 
9.     
Yang
menjadi kuwu terpilih sdr. Sobari
10.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Mistar
11.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr.  Dadat Sudrajat, sebagai pejabat
12.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Haji Dedi,
sebagai pejabat
13.  Yang menjadi kuwu terpilih sdr. Taryim
tahun 1977 dari anggota POLRI
NAMA KAMPUNG DI DESA PEGAGAN
1.     
Kampung
Cilogog
2.     
Kampung
Rejiang
3.     
Kampung
Ranggawana
Desa Pegagan Nomor 137, dengan luas areal tanah 991 Km2,
jumlah kerapatan penduduk laki-laki 2939 cacah jiwa grebeg dan perempuan 2996
jiwa grebeg, data keadaan tahun 1979.
KISAH SEJARAH DESA RANJENG
Desa Ranjeng diambil dari kata nama pekerjaan
menangkap ikan yang di sebut Ranjengan. Cara Ranjengan yaitu sungai Saradan
yang mengalir terus ke Cilet dibendung kedua tepinya, dan ditengahnya diberi
bubu alat untuk menangkap ikan. Ditempat lain di hulu sungai dihalau/digiring
bersama sama menuju bubu yang sudah dipasang, kejadian ini sekitar tahun 1680
yang dilakukan Ki Wanakerti bersama pembantunya. Ranjengan ini berasal dari
bahasa sunda, karena daerah ini masih masuk daerah Sunda. Yang membuka pertama
kali tanah ini ialah Ki Wanakerti karena daerah Ranjeng masih masuk daerah
Sarang/Losarang. 
Tempat membuat Tutus Ki Wanakerti disebut Buyut Tutus
dengan pembantunya. Didekat poho Ketileng tempat beristirahat tempat ini pun
diberi nama Buyut Ketileng dan didekatnya Nyi Gandasari. 
Ditempat lain ketika Ki Wanakerti mengambil wudhu
dengan tempatnya Goci buatan negara Cina dalam dinasti Ming. Dibawah pohon
Dangdur tersingkat weluku petani, didaerah Jumbleng gentong Goci tadi. Petani
yang menemukan bermimpi gentong Goci aga disatukan dengan temannya yaitu
gamparan batu di Saang (Losarang muntur). Akhirnya gentong Goci diantarkan
dengan upacara khusus, melaksanakan ilafat mimpi. Goci ini harus diisi oleh
seorang anak perempuan yang masih Suci. 
Kesenian Ranjeng sejak dahulu masih ada, alat ketuk
telu yang disimpaan dan setiap tahun diadakan upacara pemukulan dan memandikan.
Daerah Ranjeng setelah Muntur dan Krimun dibagi dua, Ranjengpun memisahka diri
menjadi desa yang berpemerintahan.
DAFTA KEPALA DESA RANJENG
1.     
Mula
mula hanya diadakan perwakilan dengan pejabat Bekel, yang masuk daerah Sarang
Muntur, sdr. Wepon
2.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr.  Wasdem
3.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr. Darma
4.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr.  Carma
5.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr. Dari
6.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr. Ruminih (L)
7.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr. Madkasan
8.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr. Darma
9.     
Yang
menjadi kuwu plihan sdr. Perminih
10.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Waryuni
11.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Durma
12.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Tarwan
13.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Miska
14.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Durakman
15.  Yang menjadi kuwu pejabat kuwu sdr.
Surkana 
16.  Yang menjadi kuwu plihan sdr. Suali S.,
dari Kepala Sekolah Ranjeng tahun 1979.
NAMA KAMPUNG DESA RANJENG
1.     
Kampung
Ranjeng Lor
2.     
Kampung
Ranjeng Tengah 
3.     
Kampung
Ranjeng Kidul
Ranjeng desa Nomor 138, areal tanah 396 Km2
luasnya, Jumlah penduduk lelaki 1413 jiwa grebeg, dan cacah jiwa perempuan ada
1455 jiwa, keadaan tahun 1979.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar