Kamis, 31 Agustus 2017

Tari Trebang Randu Kentir Losarang Kab. Indramayu pentas SOLO 24 Jam Menari























RONGGENG KETUK MIMI TIWENG LELEA



TUGAS AKHIR SEMESTER
METODE PENELITIAN TARI
PROPOSAL
FUNGSI TARI RONGGENG KETUK
DALAM UPACARA NGAROT
Di Desa Lelea Kecamatan Lelea-Indramayu
 







Disusun Oleh :
RATNAWATI
1211417011


Jurusan Seni Tari
Fakultas Seni Pertunjukan
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2015


FUNGSI TARI RONGGENG KETUK
DALAM UPACARA NGAROT
Desa Lelea Kecamatan Lelea-Indramayu
A.    Latar Belakang Masalah
Tari Ronggeng Ketuk merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang berada di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tari Ronggeng Ketuk ini merupakan sebuah kesenian yang sejenis dengan kesenian Ketuk Tilu di daerah lain, namun Ronggeng Ketuk ini namanya diambil dari salah satu instrument yang mengiringi kesenian ini, yaitu berupa cemplon atau ketuk yang terdiri dari 3 buah. Instrument – instrument yang lainnya seperti rebab, kendhang sabet, tipung 3, ketuk, suling, gong, kecrek dan suling. Musik yang dimainkan yaitu musik Kembang Suket, Bata Rubuh, Gentong Kali, dan Empal Banteng.[1]
Bentuk pertunjukan dalam tarian ini yaitu para penonton melingkari ronggeng yang sedang menari, namun disalah satu sisi disediakan untuk para nayaga. Dahulu  Ronggeng Ketuk dipertunjukan pada malam hari dari jam 20.00 sampai dengan subuh, tetapi pada tahun 1990 sampai sekarang pertunjukannya hanya sampai tengah malam. Setiap para penonton pria diperbolehkan untuk turun ke arena dan bergantian menari dengan ronggeng, mereka berusaha untuk merebut hati ronggeng pujaannya seraya berlomba dengan memberikan sawer.
Tari Ronggeng Ketuk dipertunjukkan untuk upacara – upacara adat desa seperti untuk upacara Ngarot, bersih desa, mapag sri dan lain sebagainya. Tari Ronggeng Ketuk ini dipercayai sebagai sebuah tarian yang melambangkan kesuburan. Namun Tari Ronggeng Ketuk sering juga dipertunjukkan untuk acara – acara lain seperti acara khitanan, pernikahan, dan lain sebagainya. Seiring perubahan zaman pertunjukkan Tari Ronggeng Ketuk hampir sulit untuk dilihat kecuali pada upacara Ngarot.
Upacara adat ngarot  sebagai salah satu upacara adat yang terkenal di daerah indramayu sebagai budaya lokal yang masih terlihat eksistensinya sampai sekarang. Upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat petani dan diselenggarakan menjelang musim penghujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Peserta upacara adat ngarot tersebut dikhususkan untuk para pemuda-pemudi yang belum pernah berumah tangga yang disebut kasinoman. Kata Ngarot berasal dari bahasa sansakerta berati ngaruwat artinya membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot memiliki arti minum, oleh pribumi disebut kasinoman karena pelakunanya para kawula muda (si enom artinya anak muda).[2] Perayaan Upacara adat Ngarot  dilaksanakan setahun sekali dan selalu dilaksanakan pada hari rabu pada musim penghujan antara bulan Oktober sampai bulan Desember, sesuai dengan kesepakatan para perangkat Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu untuk menentukan waktu pelaksanaannya.
Tari Ronggeng Ketuk yang berkaitan dengan upacara adat ngarot sebagai salah satu upacara adat yang penari Ronggeng hanya seorang perempuan dan dijadikan sebagai hiburan untuk para kasinoman laki - laki sebagai simbol kesuburan. Hiburan untuk para kasinoman perempuan yaitu Tari Topeng yang dipentaskan oleh seorang penari laki - laki.
Permasalahan yang muncul yaitu Tari Ronggeng Ketuk di dalam Uparaca Ngarot berfungsi sebagai hiburan, tetapi apabila Tari Ronggeng Ketuk tersebut tidak diadakan itu tidak boleh. Sehingga Tari Ronggeng Ketuk itu harus ada di dalam Upacara Ngarot.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang muncul yaitu apa fungsi dari Tari Ronggeng Ketuk dalam Upacara Ngarot di Desa Lelea Kecamatan Lelea Indramayu, Jawa Barat ?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1.      Menganalisis dan mendeskripsikan fungsi dari tari Ronggeng Ketuk dalam Upacara Ngarot
2.      Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk penyajian Tari Ronggeng Ketuk dalam upacara adat ngarot di Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu mengetahui fungsi dan bentuk penyajian Tari Ronggeng Ketuk dalam upacara Ngarot dengan terjun langsung kelapangan saat meneliti, dan untuk menambah pengetahuan pada masyarakat tentang fungsi Tari Ronggeng Ketuk pada upacara Ngarot.


E.     Tinjauan Pustaka
Untuk menjawab masalah yang diungkap di atas, diperlukan informasi baik secara tertulis, lisan maupun melalui media video atau rekaman.  Adapun beberapa buku yang dipakai dalam referensi penelitian :
Dewi Linggasari dalam bukunya yang berjudul Ronggeng. Pada buku ini peneliti mengambil sebagai sumber acuan dalam penelitian dibagian babak pertama dalam buku ini menjelaskan tentang fungsi Ronggeng yang menjadi simbol kesuburan. Pada bab ini membantu peneliti untuk menjelaskan tentang fungsi ronggeng yang melambangkan kesuburan.
Supali Kasim dalam bukunya yang berjudul Budaya Dermayu Nilai-Nilai Historis, Estetis dan Transendental (2013) dalam Bab IV membahas tentang adat istiadat masyarakat Indramayu. Bab ini membantu peneliti untuk mengetahui tentang adat isriadat masyarakat Indramayu salah satunya adalah upacara adat ngarot yang akan di bahas oleh peneliti. Bab XI membahas tentang Jawa Dialek Indramayu. Pembahasan dalam Bab ini dianggap penting karena Bahasa merupakan alat komunikasi antar warga dan terdapat dua bahasa di Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu yaitu Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa (Dialek Indramayu). Hal ini berkaitan dengan sejarah Desa Lelea sebagai tempat pelaksanakan upacara adat Ngarot.
Endang Caturwati dalam bukunya yang berjudul Perempuan & Ronggeng Ditatar Sunda Telaahan Sejarah Budaya. Pada buku ini peneliti merujuk sumber acuan pada BAB Ronggeng dalam Upacara Ritual hal 13 – 15 yang membahas tentang tarian ronggeng yang mempunyai laku magi-simpatetis yang dikenal dillingkungan masyarakat sawah sebagai “mimetik laku seksual” dan pada BAB Ronggeng sebagai Tontonan & Penyemarak Hiburan pada Hal 25 – 34 membahas tentang pergeseran fungsi Ronggeng setelah masuknya Agama Islam di daerah Jawa Barat.
Prof. Dr. Y Sumandiyo Hadi dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Tari membahas tentang keberadaan tari dalam pandangan fungsionalisme. Fungsi tari yang dibahas dalam buku ini yaitu tari sebagai upacara ritual sebagai pengalaman emosi keagamaan dan tari sebagai sarana pengungkapan kepercayaan atau keyakinan. Pandangan tentang fungsi sebenarnya tetap berhubungan dengan ilmu sosial yang erat hubungannya dengan masyarakat.
Sri Hastuti dalam bukunya yang berjudul SAWER :Strategi Topeng dalam Menggapai Selera Penonton membahas tentang pengertian sawer dalam sudut pandang orang Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan. Pada buku ini membantu peneliti untuk mengetahui dan menjelaskan pengertian sawer di daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan yang setiap kali ada pertunjukan pasti ada sawer termasuk pada pertunjukan Ronggeng Ketuk.
Samian pada bukunya yang berjudul  Sejarah Desa Lelea, Indramayu,  pada buku ini membahas tentang sejarah Desa Lelea dan asal mula terciptanya upacara adat Ngarot yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Desa Lelea Indramayu dan dalam buku ini juga membahas terbentuknya tari Ronggeng Ketuk. Pada buku ini membantu untuk menjelaskan sejarah upacara ngarot dan Ronggeng Ketuk.

F.     Pendekatan
Penelitian ini akan mengkaji Tari Ronggeng Ketuk dari sisi tekstual dan kontekstual. Mengkaji dari sisi tekstualnya akan menganalisis dari cara penyajian Tari Ronggeng Ketuk pada upacara Ngarot di Desa Lelea sedangkan mengkaji dari sisi kontekstualnya akan menganalisis dari fungsi Tari Ronggeng Ketuk dalam Upacara Ngarot di Desa Lelea sebagai desa yang menghasilkan budaya.
                                    Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan Sosiologi untuk membedah masalah yang ada pada penelitian ini dan akan meminjam konsep Raymond Williams yang dijelaskan pada buku Sosiologi tari ditulis oleh Prof. Y. Sumandiyo Hadi. Menurut Reymond Williams dalam sosiologi budaya (sosiology of culture) dapat dikemukakan adanya tiga studi atau komponen pokok yaitu pertama, institutions atau lembaga – lembaga budaya; kedua, content atau isi budaya; dan ketiga, effect atau efek maupun norma – norma budaya. Studi mengenai komponen lembaga budaya akan menanyakan siapa yang menghasilkan produk budaya, siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan. Isi budaya akan menanyakan apa yang dihasilkan atatu simbol –simbol apa yang diusahakan; sementara komponen efek atau norma budaya akan menanyakan konsekuensi apa yang diharapkan dari proses budaya itu.[3] Alasannya karena dalam penelitian ini akan membahas tentang masyarakat, Tari Ronggeng Ketuk dalam Upacara Ngarot dan effect atau konsekuensi apa yang akan terjadi.
G.    Metode Penelitian
1.      Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data akan dilakukan dengan cara studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder, data primer akan dikumpulkan lewat observasi langsung ke lapangan dan wawancara kepada narasumber. Data sekunder dikumpulkan lewat studi pustaka dan dokumentasi serta beberapa arsip – arsip yang bisa mendukung penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara yaitu :

a.       Studi pustaka
Pada studi pustaka ini peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan cara membaca dan menganalisis buku – buku yang menjadi landasan pokok dan sumber informasi tentang Upacara Ngarot yang dilakukan oleh masyarakat Lelea dan tentang Tari Ronggeng Ketuk yang membantu peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan.

b.      Observasi
Observasi adalah sebuah kegiatan penelitian yang langsung terjun kelapangan. Untuk mendapatkan data di lapangan peneliti akan menyaksikan serta mengamati objek yang akan menjadi bahan penelitian. Proses penelitian ini termasuk observasi non – partisipant, maksudnya peneliti tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan upacara Ngarot di Desa Lelea, tetapi peneliti hanya sebagai pengamat yang langsung melihat pertunjukan Tari Ronggeng Ketuk dalam upacara ngarot.

c.       Wawancara
Wawancara adalah sebuah kegiatan penelitian yang menghadirkan narasumber sebagai bahan mengumpulan data. Pada penelitian ini peneliti akan menjadikan beberapa orang yang terlibat dalam pertunjukan Tari Ronggeng Ketuk di Upacara Ngarot. Alasannya karena untuk mendapatkan data yang pasti setidaknya peneliti mendapatkan 3 narasumber supaya peneliti mudah untuk mengcrosscek mana data yang benar.

d.      Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan untuk penelitian ini dengan cara pemotretan yang menghasilkan foto-foto yang digunakan untuk mendeskripsikan objek yang diteliti dan merekam objek dengan kamera digital untuk memperjelas pengamatan dan pendeskripsian tari Ronggeng Ketuk ini.

2.      Analisis Data
Hasil data dari beberapa tehnik pengumpulan data yang dijelaskan diatas, untuk proses selanjutnya yaitu proses analisis data. Proses analisis data ini digunakan untuk  menganalisis data – data yang sudah dikumpulkan lewat beberapa tehnik yang sudah dijabarkan diatas secara sistematis. Dalam menganalisis data ini menggunakan analisis data kualitatif.

3.      Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini data yang sudah dianalisis akan disusun secara sistematis sehingga membentuk sebuah laporan penelitian. Susunan tersebuut sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan berisikan tentang pembahasan yang akan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, pendekatan sampai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II : Akan membahas tentang gambaran umum sosial-budaya masyarakat Indramayu secara geografis, sosial budaya, mata pencaharian, serta akan menggambarkan secara khusus sosial budaya masyarakat yang hidup di Desa Lelea.
BAB III :   Akan membahas tentang bentuk penyajian tari Ronggeng Ketuk dalam Upacara Ngarot yang dilaksanakan di Desa Lelea Kecamatan Lelea – Indramayu dan fungsi dari Tari Ronggeng Ketuk didalam Upacara Ngarot.
BAB IV : Akan membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini dan ditutup oleh daftar sumber acuan

H.    Daftar Sumber Acuan
1.      Sumber Lisan
Nama         : Dede Jaelani Solichin
Umur         : 31
Pekerjaan   : Seniman
Alamat      : Ds. Muntur Kec. Losarang – Indramayu
Peran         : Sebagai Narasumber yang mengetahui tentang Ronggeng Ketuk dan Upacara Ngarot

Nama         : Sartiwen / Mimi Tiweng
Umur         : 65
Pekerjaan   : seniman
Alamat      : Ds. Telagasari kec. Lelea – Indramayu
Peran         : Sebagai Penari Ronggeng Ketuk

2.      Sumber Cetakan
Kasim, Supali. 2013. Budaya Dermayu Nilai – Nilai Historis, Estetis dan Transendental. Yogyakarta : Poestakadjati.
Samian. 2002. Sejarah Desa Lelea. Laporan Penelitian. Indramayu.
Hastuti, Sri. 2013. SAWER :Strategi Topeng dalam Menggapai Selera Penonton. Yogyakarta : Cipta Media.
Hadi, Y Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.
Caturwati, Endang. 2006. Perempuan dan Ronggeng di Tatar Sunda Telaahan Sejarah Budaya. Bandung: Pusat Kajian Lintas Budaya.




[1] Hasil wawancara dengan Mas dede Jaelani pada tanggal 1 Nov 2014 di desa Losarang Indramayu pada jam 14.00 Wib
[2] Samian, 2002, Sejarah Desa  Lelea – Indramayu, p.54
[3] Y, Sumandiyo Hadi. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka. p40-41