Sabtu, 26 November 2016

WEWED TOPENG (PENGUKIR TOPENG)






 
SARWEDI
Indramayu 07-06-1979
 
 

TARI TREBANG RANDU KENTIR SANGGAR ASEM GEDE LOSARANG INDRAMAYU



KOLOKIUM TARI TREBANG RANDU KENTIR SANGGAR ASEM GEDE LOSARANG INDRAMAYU
Oleh DWI SEPTIANI KHOERUNISA WULANDARI

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Jawa Barat adalah salah satu provinsi di pulau jawa yang mempunyai ragam kesenian khususnya tarian tradisional. Dari empat rumpun tari yang hidup di Jawa Barat yaitu rumpun Tari Topeng, Tari Rakyat, Tari Keurseus, dan Tari Wayang.
Berbicara mengenai tari, sebenarnya dapat ditinjau dari sudut pandang secara luas, di samping penelaahannya secara koreografis dapat dipandang pula secara kontekstual . Penelaahannya secara kontekstual dapat dilihat dari segi fungsi tari itu. Tari rakyat tumbuh dan berkembang dari sekelompok masyarakat dan memerlukan tempat, waktu, serta masyarakat pendukung yang ada di daerah tertentu, untuk menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan manusia.
 Biasanya tari rakyat hidup dan berkembang pada masyarakat pedesaan, dan mendapat dukungan dari etnisnya. Tari rakyat pada dasarnya sebagai tari upacara adat (ritual), dan berfungsi juga sebagai tari tontonan atau hiburan bagi masyarakat setempat. Tari rakyat khususnya lahir, hidup dan berkembang di daerah tertentu yang memiliki sejarah atau mengandung nilai ...... pada masa lampau.
Sebagai kesenian, tari rakyat adalah sumber kehidupan, penghidupan, bagi si pelaku, dirinya, dan alam/lingkungan yang dihidupinya..... Oleh karena itu pula tari rakyat sangat akrab dengan alam tempat lahirnya, sehingga apa yang disampaikan seolah-olah merupakan simbol penghubung antara masyarakat dengan alam, yang telah memberikan kehidupan dan penghidupannya. Bentuk  yang disampaikan melalui materi (tarian trebangan) yang sederhana, bebas dan spontan, menunjukan kepolosan dan kepasrahan hidup dari masyarakatnya.
Tari rakyat adalah tarian yang gerak terkait pada konteksnya, yaitu mengacu pada peristiwa alam atau peristiwa seseorang penguasa yang dianggap telah berjasa bagi masyarakat setempat dan diakuinya sebagai panutan oleh karuhun mereka secara turun temurun sampai sekarang. Seperti halnya tari rakyat yang ada di desa Jumbleng, Losarang, Indramayu, Jawa Barat. Tarian tersebut memiliki sejarah dan nilai Historis tersendiri bagi masyarakatnya, tarian tersebut adalah tari Trebang Randu Kentir.
Pemberian nama Randu Kentir sebetulnya masih baru. Sebelumnya bentuk kesenian ini cukup disebut seni Trebang. Secara harfiah pengertian Trebang Randu Kentir sebagai berikut :
Tari TRE’BANG RANDU KENTIR, yang artinya : TRE’ adalah TRE’P atau Tepat, dan BANG  dari kata tembang, jadi Trebang adalah tepat pada tembang. Randu adalah pohon randu (pohon kapuk); kentir adalah terhanyut/terbawa air mengalir sambil berputar-putar. Jadi dengan demikian Randu Kentir mempunyai pengertian batang/pohon randu yang terhanyut terbawa banjir.
Tari Trebang Randu Kentir pada awalnya sebagai upacara adat di desa Jumbleng, karena memiliki sejarah dan nilai yang dianggap masih berlaku bagi masyarakatnya.Sejarah tersebut yaitu dari kisah hanyutnya Ki Dariwan di Sungai Cimanuk.Kejadian ini oleh masyarakat :
“...  tiap tahun diadakan penghormatan kepada Nyi Dariwan,...” Tahun demi tahun masyarakat turut meramaikannya membantu membuat alat kesenian dari alat yang sederhana sampai terbuatnya Blangber, yaitu dari kayu yang besar penampangannya yang dilubangi di tengah ditutup dengan kulit binatang”. (Kasan, 1989, hal.1).

  Sedangkan nilai itu adalah tentang ajaran agama yang terdapat pada syair lagu pada tari Trebang Randu Kentir itu. Sejarah yang lain terdapatnya seorang penguasa di Losarang pada saat itu yaitu Ki Kuwu Sangkan yang menggunakan tari tersebut sebagai media dakwah atau sebagai penyebar agama Islam.
“Kelompok pertama yang paling besar adalah mereka yang benar-benar turunan seniman ... mereka ini umumnya para dalang wayang ..., dalang topeng atau penabuh gamelan untuk dua jenis ini. Kelompok yang satu lagi , yang lebih kecil, adalah kelompok seniman yang bukan keturunan seniman, atau keluarga mereka yang belum mempunyai sejarah yang panjang sebagai keluarga seniman.  ...   Seniman Cirebon mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap garis keturunannya. Mereka mengatakan bahwa mereka semua adalah keturunan Pangeran Panggung” (Endo Suanda, 1990, hal. 33;34).

Dari fungsinya sebagai upacara adat dan penyabar agama Islam pada waktu itu, dan karena perjalanan hidup yang berkembang sesuai dengan kemajuan jaman, maka kesenian juga mengikutinya. Dari yang terdapat di desa Jumbleng, Losarang ini tari tersebut memiliki fungsi yang beraneka ragam, yaitu diantaranya sebagai upacara adat yang meliputi upacara ngunjung, sedekah bumi, mapag sri.
Yang menarik dari tari Trebang Randu Kentir adalah memiliki perjalanan fungsi yaitu sebagai upacara adat, upacara dakwah dalam hal ini sebagai tontonan Islam, sebagai hiburan. Sebagai tari upacara adat adalah merupakan warisan dari karuhun mereka, sebagai tontonan Islam atau tari dakwah dalam hal ini sebagai peringatan hari besar Islam, sebagai tari psido ritual dan tari hiburan bagi masyarakatnya.
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa tari ini mengangkat sebuah cerita rakyat di dalam mengekspresikannya. Keunikan terletak pada tokoh yang diangkatnya. Tokoh ini adalah sepasang suami istri yang miskin. Barangkali inilah yang dikatakan cukup unik.
Meskipun kesenian tersebut bernafaskan Islam, namun kepercayaan akan hal-hal yang bersifat mistis dan akan roh-roh dari karuhun mereka masih begitu tampak. Hal ini terbukti  sebelum dipentaskan harus terlebih dahulu disajikan sesajian seperti bunga, kemenyan, nasi kuning, dan lain-lain, yang kesemuanya tidak meninggalkan kebiasaan masyarakat Jawa yang kejawen.
            Tarian yang dahulu bersifat sakral dan ritual berubah menjadi sebuah tarian yang bersifat hiburan semata, sebagai akibat dari perkembangan dan kondisi jaman, sehingga akhirnya tari Trebang Randu Kentir tersebut mengalami berbagai fungsi yang berbeda-beda, sekalipun upacara dan adat-istiadat yang berbeda di daerah Losarang tetap berjalan dan terjaga meskipun terombang-ambingkan oleh kondisi jaman.
Jaman kemerdekaan pun tiba, tatanan kehidupan masyarakat sudah stabil, kesenian tradisional di Losarang sudah bisa bernafas kembali tanpa adanya tekanan dari pihak penjajah.
Seperti kesenian rakyat lainnya, tari Trebang Randu Kentir ini dapat dimainkan dimana saja. Hal ini tidak terikat oleh tempat, waktu, dan berlangsungnya pergelaran tersebut. Pementasan/pergelaran tari Trebang Randu Kentir tergantung pada keadaan lokasi yang dipergunakan, juga menurut kebutuhan. Pertunjukan tari Trebang Randu Kentir tidak mengenal batas waktu, artinya dimainkan kapan saja tergantung permintaan yang punya hajat atau kemauan yang mengundangnya.
Dalam penyajian tari Trebang Randu Kentir ditarikan oleh seorang penari (dalang), dan seorang penari bodor. Penari bodor ini khusus untuk mengganti pada saat penari utama (dalang) beristirahat, dan biasanya penari bodor ini untuk menyemarakan suasana pentas agar tidak terasa jenuh. Namun sampai saat ini tari Trebang Randu Kentir masih dominan ditarikan oleh penari laki-laki, sehingga kini sulit dicari penggantinya, karena secara material belum dapat menjamin kesejahteraan yang lebih baik bagi penarinya.

B.   Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penulisan ini berupa beberapa pertanyaan yaitu :

-           Bagaimana cara penyajian tari Trebang Randu Kentir menjadi penyajian yang baru?

C.   Tujuan Penulisan

-          Sebagai informasi bagi mereka yang ingin mengetahui tata cara penyajian tari Trebang Randu Kentir.
-          Untuk menghormati para seniman yang menciptakan dan masih melestarikan tari Trebang Randu Kentir di......tersebut.

D.   Tinjauan Sumber
Pustaka di bawah ini merupakan tulisan berupa majalah, buku, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan judul yang diajukan. Salah satu buku yang dijadikan rujukan dalam karya tulis ini Supali Kasim, Saptaguna yang berjudul Fenomena dan Dinamika Seni Tradisi Indramayu. Dalam buku tersebut dibahas latar belakang kesenian tari Trebang Randu Kentir, iringan musik tari Trebang Randu Kentir dan koreografi tari Trebang Randu Kentir. Didapat pula data yang serupa namun lebih lengkap dari bahasa buku tersebut yaitu dari Hasil Penelitian yang disusun Achmad Hidayat dkk. Pada Hasil Penelitian dibahas lebih lanjut mengenai Struktur penyajian Trebang Randu Kentir termasuk iringan musik yang disajikan pada pertunjukan tari Trebang Randu Kentir, tata rias busana, dan pola lantai pada tari Trebang Randu Kentir. Didapat pula Skripsi Tugas Akhir yang berjudul Perjalanan Fungsi Tari Trebang Randu Kentir yang ditulis oleh Ponimin. Didapat pula buku Materi Pokok PGSD Pendidikan Seni Musik-Tari/Drama Universitas Terbuka yang ditulis oleh Widia Pekerti dkk.

E.   Metode Pendekatan
Agar diperoleh data yang selengkap-lengkapnya maka dilakukan langkah-langkah penelitian berupa studi pustaka, observasi, wawancara, analisa data serta menuangkannya dengan sistematika penulisan yang telah ditetapkan.
1.    Studi Pustaka
Pengumpulan data melalui kepustakaan merupakan studi awal guna mendapatkan informasi secara tertulis. Data yang diperoleh berupa buku, diktat, majalah ilmiah, artikel, laporan penelitian, yang berhubungan dengan sasaran penelitian maupun yang menunjang permasalahan.
2.    Observasi
Pengumpulan data yang dilaporkan melalui pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dengan cara melihat pertunjukan kesenian tari Trebang Randu Kentir dengan pengamatan objektif tentang fenomena sosial yang terjadi dengan pengamatan dan pencatatan.
3.    Wawancara
Wawancara dilakukan baik saat pertunjukan maupun mengadakan wawancara khusus dengan nara sumber untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan. Wawancara yang digunakan meliputi dua cara yaitu wawancara terarah (sesuai dengan pertanyaan yang diajukan), dan wawancara tak terarah (memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan keterangan). Sebagai upaya lain untuk menggali keterangan data yang akurat, maka dilakukan pula wawancara beberapa narasumber, baik dari para pelaku kesenian, masyarakat, maupun pemerintah daerah yang mengayominya.

4.    Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah mendapatkan gambaran data yang jelas serta akurat mengacu pada bahan penelitian, setelah data diperoleh kemudian data diolah dengan memisah-misahkan data yang diperlukan dalam penulisan ini.

F.    Rancangan Sketsa Garap
1.    Desain Koreografi
Seperti kesenian lain, tari Trebang Randu Kentir pun dalam setiap tarian memiliki  struktur yang jelas, hal ini bisa dilihat misalnya pada tari Salu-salu (tarian pembuka). Diambilnya tari Salu-salu (tarian pembuka) sebagai bahan kajian sehubungan dengan penelitian, dan selain itu karena penulis beranggapan bahwa di dalam penyajian tari tersebut memiliki ketiga bagian seperti telah disebutkan diatas yaitu  :
Pertama   : Adapun koreografi tersebut sebagai berikut :
a.    Bagian pertama salu-salu , terdiri dari : kibuana , lontang bolak-balik, pasang dalung, bolak-balik tumpi,cantel, joged miring.
b.    Bagian kedua sinjang Wulung, terdiri dari : Kibuana , Lontang, Tunggak Kebanjiran, Urang Unggut, Dederan.
c.    Bagian ketiga Serogan, Randa Ngawe, Bebek Ngoyor, Olah Sumping, Depok, Sembahan (akhir).

2.    Desain Karawitan Tari

Alat musik yang terdapat pada kesenian Trebang Randi Kentir kiranya termasuk pada jenis musik ensambel kecil, karena kesenian tersebut menggunakan beberapa instrumen saja. Adapun macam-macam instrumen tersebut yaitu :
 Prontong, Blangber, Kendang, Ketipung, Kecrek dan Klenang. Walaupun alat musik tersebut termasuk pada ensambel kecil, tetapi cukup memadai sebagai suatu orkestrasi musik untuk mengiringi tarian, karena di dalamnya sudah terdapat beberapa unsur musikal yang mampu menmgungkapkan isi tarian. Diantaranya unsur : ritmis, tempo, warna nada, melodi dan dinamika. Kesederhanaan alat musik tersebut telah mampu membuat ekspresi musik yang harmonis, sehingga menjadi ciri khas musik Trebang Randu Kentir. Dan itulah kiranya puncak rasa musikal iringan tari Trebang Randu Kentir yang menjadikan rasa mantap pada isi/nilai yang terkandung dalam tarian tersebut. Ritmis yang ditimbulkan oleh melodi kendang adalah merupakan salah satu rasa mantap penari yang membawakan tarian pada kesenian itu.
Kesederhanaan musikal semacam itu adalah suatu hal yang mudah dicerna rakyat. Selain itu perlu diingat pula latar belakangkeseniannya.
Instrumen musik yang terbuat dari kayu dan kulit terutama kendang telah lama dikenal di Jawa Barat. Sedangkan instrumen musik lainnya datang dan berintegrasi kemudian oleh karenanya ritmis yang ditimbulkan oleh suara kendang merupakan puncak rasa mantap penari rakyat pada umumnya dan penari Trebang Randu Kentir khususnya. Selain itu perlu pula menjadi catatan, bahwa nama-nama instrumen musik yang ada didaerah kita pada umumnya mirip dengan bunyi yang ditimbulkan oleh alat tersebut.
A.   Waditra Pengiring Tari Trebang Randu Kentir
Waditra pengiring yang dipergunakan pada kesenian Trebang Randu Kentir sebagai berikut :
-          Kendang indung besar 2 buah
-          Ketipung (kendang kecil/kulanter) 1 buah
-          Blangber (trebang besar) 1 buah
-          Terungtung/prontong (trebang kecil) 1 buah
-          Klenang (ketuk) 2 buah
-          Kecrek 1 buah

Pada waktu pertunjukan waditra dimainkan sambil duduk sila, sedangkan masing-masing waditra mempunyai fungsi di dalam mengiringi setiap tarian misalnya :
-          Kendang indung dan ketipung fungsinya untuk mengatur (konduktor) keseluruhan irama tari dengan memberi intensitas kuat-lemah, cepat-lambat, dan mengatur dinamika serta mempertebal kekuatan setiap gerak yang terungkap melalui yang tertatap dalam kasat mata penari.
-          Blangber (trebang besar) berfungsi untuk mempertegas tekanan penuh pada akhir kalimat lagu (goong) atau memanisnya.
-          Terungtung/prontong berfungsi sebagai kempul dan memperkuat ritme kendang atau memberi ketebalan dinamika kendang, serta saling mengisi  dengan ritme tabuhan klenang.
-          Klenang berfungsi untuk mengatur ritme lagu atau mengatur ketetapan ritme.
- Kecrek berfungsi sebagai aksentuasi terhadap tekanan gerak dan mempertajam kekuatan tepak kendang.


Adapun lagu-lagu Pengiring tari yang digunakan dalam tarian ini adalah :
1.    Lagu Salu-salu
2.    Lagu Sinjang Wulung
3.    Lagu Lontang
4.    Lagu Deder
5.    Lagu Serogan
6.    Lagu Tunggak Kebanjiran
7.    Lagu Gentong Kali

3.    Desain Artistik

Tata rias dan busana kesenian Trebang Randu Kentir pada waktu pertunjukan sederhana sekali. Terkadang seperti apa adanya, tuntutan artistik yang tertatap tidak mementingkan property maupun asesoris yang rumit. Tetapi kebersahajaan itulah merupakan nilai artistiknya. Dipertegas pula oleh Edi Sedyawati bahwa tata rias dan tata busana penampilan tari rakyat sangat sederhana (Edi Sedyawati, 1986, hal. 171)

Pada waktu pertunjukan kesenian Trebang Randu Kentir menggunakan rias dan busana yang terdiri dari :
a.    Iket wulung berwarna merah muda dengan motif batik kembang jeruk yang terbuat dari kain batik Paoman.
b.    Rawis  dengan warna merah muda, biru, kuning.
c.    Baju kutungan berwarna merah muda, terbuat dari batik Paoman.
d.    Sinjang lereng paoman berwarna merah muda.
e.    Dasi atau ombyok berwarna merah.
f.     Sampur berwarna Kuning.
g.    Mongkrong berwarna merah muda.

Di Pertunjukan seni Trebang Randu Kentir juga terdapat sesaji, seperti Air putih, kopi hitam, bunga tujuh rupa, beras, kelapa hijau, ketan merah, serabi merah, serabi putih, ayam bekakak (pengurip) untuk lancar segala halangannya.



G.   Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah gambaran isi penulisan Karya Seni , penulis merumuskan sistematika penulisan karya seni sebagai berikut :

1.    Bagian Awal
Berisi tentang : Cover, lembar pengesahan, Kata pengantar, Daftar Isi.
2.    Bagian Isi penulisan Karya Seni
BAB I PENDUHULUAN
Berisi tentang : latar belakang (alasan pemilihan judul), identifikas, rumusan masalah, tujuan penulisan,sumber pustaka, metode pendekatan, rancangan sketsa garap, sistematika penulisan,rancangan jadwal kegiatan.
3.    Bagian Akhir
Daftar Pustaka yang berfungsi sebagai bahan acuan dalam mengadakan penulisan karya seni, lampiran-lampiran untuk memperkuat pembuktian dalam penulisan karya seni.



















KATA PENGANTAR



Alhamdulillah segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang, kemudahan, kekuatan, dan petunjuk yang merupakan limpahan rahmat  dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikanPenulisan Karya Seni ini yang berjudul “tari Trebang Randu Kentir”.
Adapun tujuan dari penulisan karya seni  ini adalah untuk memenuhi Tugas Akhir sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Seni.
Dalam menyelesaikan penulisan Karya Seni ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk itu dengan setulus hati, penulis berterimakasih kepada :
1.    Bapak Dindin Rasidin.M,sn selaku Ketua Jurusan Seni Tari
2.    Bapak Dede Jaelani dan Ibu Ida, sebagai informan yang banyak memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
3.    Kedua Orang Tua, yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, pengertian, perhatian, dan semangat yang tulus kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Seni ini, maka Karya Seni ini penulis persembahkan kepada kalian sebagai tanda cinta dan bakti penulis. Semoga ini adalah awal langkah penulis untuk membahagiakan kalian.
4.    Seluruh pendukung khususnya penari dan pemusik.
5.    Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Seni ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya seni ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk kebaikan kemudian hari. Semoga penulisan Karya Seni ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa Jurusan Seni Tari.


Penulis



Dwi Septiani K.W







LEMBAR PENGESAHAN










































DAFTAR ISI


Halaman Judul
LEMBAR PENGERSAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang.................................................................................1
B.               Rumusan Masalah...........................................................................4
C.              Tujuan Penulisan.............................................................................4
D.              Tinjauan Sumber.............................................................................5
E.               Metode Pendekatan........................................................................5
F.               Rancangan Sketsa Garap...............................................................6
G.              Sistematika Penulisan.....................................................................
H.              Rancangan Jadwal Kegiatan Latihan..............................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN














H.   JADWAL KEGIATAN LATIHAN

No.
Hari
Tanggal
Tempat
Ket
1.
Minggu
2 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
2.
Senin
3 Februari 2014
SMAN 1 LOSARANG
Latihan
3.
Selasa
4 Februari 2014
SMAN 1 LOSARANG
Latihan
4.
Rabu
5 Februari 2014
SMAN 1 LOSARANG
Latihan
5.
Kamis
6 Februari 2014
SMAN 1 LOSARANG
Latihan
6.
Jum’at
7 Februari 2014
SMAN 1 KANDANGHAUR
Latihan
7.
Sabtu
8 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
8.
Selasa
11 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
9.
Rabu
12 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
10.
Kamis
13 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
11.
Jum’at
14 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
12.
Sabtu
15 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan
13.
Minggu
16 Februari 2014
Sanggar Asem Gede
Latihan



















LAMPIRAN-LAMPIRAN


Dokumentasi Latihan