KOLOKIUM TARI TREBANG RANDU KENTIR SANGGAR ASEM GEDE LOSARANG INDRAMAYU
Oleh DWI SEPTIANI KHOERUNISA WULANDARI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jawa Barat adalah salah satu provinsi di pulau jawa yang
mempunyai ragam kesenian khususnya tarian tradisional. Dari empat rumpun tari
yang hidup di Jawa Barat yaitu rumpun Tari Topeng, Tari Rakyat, Tari Keurseus,
dan Tari Wayang.
Berbicara mengenai tari, sebenarnya dapat ditinjau dari
sudut pandang secara luas, di samping penelaahannya secara koreografis dapat
dipandang pula secara kontekstual . Penelaahannya secara kontekstual dapat
dilihat dari segi fungsi tari itu. Tari rakyat tumbuh dan berkembang dari
sekelompok masyarakat dan memerlukan tempat, waktu, serta masyarakat pendukung
yang ada di daerah tertentu, untuk menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
manusia.
Biasanya tari
rakyat hidup dan berkembang pada masyarakat pedesaan, dan mendapat dukungan
dari etnisnya. Tari rakyat pada dasarnya sebagai tari upacara adat (ritual),
dan berfungsi juga sebagai tari tontonan atau hiburan bagi masyarakat setempat.
Tari rakyat khususnya lahir, hidup dan berkembang di daerah tertentu yang
memiliki sejarah atau mengandung nilai ...... pada masa lampau.
Sebagai kesenian, tari rakyat adalah sumber kehidupan,
penghidupan, bagi si pelaku, dirinya, dan alam/lingkungan yang dihidupinya.....
Oleh karena itu pula tari rakyat sangat akrab dengan alam tempat lahirnya, sehingga
apa yang disampaikan seolah-olah merupakan simbol penghubung antara masyarakat
dengan alam, yang telah memberikan kehidupan dan penghidupannya. Bentuk yang disampaikan melalui materi (tarian
trebangan) yang sederhana, bebas dan spontan, menunjukan kepolosan dan
kepasrahan hidup dari masyarakatnya.
Tari rakyat adalah tarian yang gerak terkait pada
konteksnya, yaitu mengacu pada peristiwa alam atau peristiwa seseorang penguasa
yang dianggap telah berjasa bagi masyarakat setempat dan diakuinya sebagai
panutan oleh karuhun mereka secara turun temurun sampai sekarang. Seperti
halnya tari rakyat yang ada di desa Jumbleng, Losarang, Indramayu, Jawa Barat.
Tarian tersebut memiliki sejarah dan nilai Historis tersendiri bagi
masyarakatnya, tarian tersebut adalah tari Trebang
Randu Kentir.
Pemberian
nama Randu Kentir sebetulnya masih
baru. Sebelumnya bentuk kesenian ini cukup disebut seni Trebang. Secara harfiah
pengertian Trebang Randu Kentir
sebagai berikut :
Tari TRE’BANG RANDU
KENTIR, yang artinya : TRE’
adalah TRE’P atau Tepat, dan BANG dari kata tembang, jadi
Trebang adalah tepat pada tembang. Randu adalah pohon randu
(pohon kapuk); kentir adalah
terhanyut/terbawa air mengalir sambil berputar-putar. Jadi dengan demikian
Randu Kentir mempunyai pengertian batang/pohon randu yang terhanyut terbawa
banjir.
Tari Trebang Randu
Kentir pada awalnya sebagai upacara adat di desa Jumbleng, karena memiliki
sejarah dan nilai yang dianggap masih berlaku bagi masyarakatnya.Sejarah
tersebut yaitu dari kisah hanyutnya Ki Dariwan di Sungai Cimanuk.Kejadian ini
oleh masyarakat :
“... tiap tahun diadakan penghormatan kepada Nyi
Dariwan,...” Tahun demi tahun masyarakat turut meramaikannya membantu membuat
alat kesenian dari alat yang sederhana sampai terbuatnya Blangber, yaitu dari
kayu yang besar penampangannya yang dilubangi di tengah ditutup dengan kulit
binatang”. (Kasan, 1989, hal.1).
Sedangkan nilai itu adalah tentang ajaran
agama yang terdapat pada syair lagu pada tari Trebang Randu Kentir itu. Sejarah yang lain terdapatnya seorang
penguasa di Losarang pada saat itu yaitu Ki Kuwu Sangkan yang menggunakan tari
tersebut sebagai media dakwah atau sebagai penyebar agama Islam.
“Kelompok
pertama yang paling besar adalah mereka yang benar-benar turunan seniman ...
mereka ini umumnya para dalang wayang ..., dalang topeng atau penabuh gamelan
untuk dua jenis ini. Kelompok yang satu lagi , yang lebih kecil, adalah
kelompok seniman yang bukan keturunan seniman, atau keluarga mereka yang belum
mempunyai sejarah yang panjang sebagai keluarga seniman. ...
Seniman Cirebon mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap garis
keturunannya. Mereka mengatakan bahwa mereka semua adalah keturunan Pangeran
Panggung” (Endo Suanda, 1990, hal. 33;34).
Dari fungsinya sebagai upacara adat dan penyabar agama
Islam pada waktu itu, dan karena perjalanan hidup yang berkembang sesuai dengan
kemajuan jaman, maka kesenian juga mengikutinya. Dari yang terdapat di desa
Jumbleng, Losarang ini tari tersebut memiliki fungsi yang beraneka ragam, yaitu
diantaranya sebagai upacara adat yang meliputi upacara ngunjung, sedekah bumi,
mapag sri.
Yang menarik dari tari Trebang Randu Kentir adalah
memiliki perjalanan fungsi yaitu sebagai upacara adat, upacara dakwah dalam hal
ini sebagai tontonan Islam, sebagai hiburan. Sebagai tari upacara adat adalah
merupakan warisan dari karuhun mereka, sebagai tontonan Islam atau tari dakwah
dalam hal ini sebagai peringatan hari besar Islam, sebagai tari psido ritual
dan tari hiburan bagi masyarakatnya.
Seperti
telah dikatakan sebelumnya bahwa tari ini mengangkat sebuah cerita rakyat di
dalam mengekspresikannya. Keunikan terletak pada tokoh yang diangkatnya. Tokoh
ini adalah sepasang suami istri yang miskin. Barangkali inilah yang dikatakan
cukup unik.
Meskipun kesenian tersebut bernafaskan Islam, namun
kepercayaan akan hal-hal yang bersifat mistis dan akan roh-roh dari karuhun
mereka masih begitu tampak. Hal ini terbukti
sebelum dipentaskan harus terlebih dahulu disajikan sesajian seperti
bunga, kemenyan, nasi kuning, dan lain-lain, yang kesemuanya tidak meninggalkan
kebiasaan masyarakat Jawa yang kejawen.
Tarian yang dahulu bersifat sakral
dan ritual berubah menjadi sebuah tarian yang bersifat hiburan semata, sebagai
akibat dari perkembangan dan kondisi jaman, sehingga akhirnya tari Trebang
Randu Kentir tersebut mengalami berbagai fungsi yang berbeda-beda, sekalipun
upacara dan adat-istiadat yang berbeda di daerah Losarang tetap berjalan dan
terjaga meskipun terombang-ambingkan oleh kondisi jaman.
Jaman kemerdekaan pun tiba, tatanan kehidupan masyarakat
sudah stabil, kesenian tradisional di Losarang sudah bisa bernafas kembali
tanpa adanya tekanan dari pihak penjajah.
Seperti kesenian rakyat lainnya, tari Trebang Randu Kentir
ini dapat dimainkan dimana saja. Hal ini tidak terikat oleh tempat, waktu, dan
berlangsungnya pergelaran tersebut. Pementasan/pergelaran tari Trebang Randu Kentir
tergantung pada keadaan lokasi yang dipergunakan, juga menurut kebutuhan.
Pertunjukan tari Trebang Randu Kentir tidak mengenal batas waktu, artinya
dimainkan kapan saja tergantung permintaan yang punya hajat atau kemauan yang mengundangnya.
Dalam penyajian tari Trebang Randu Kentir ditarikan oleh
seorang penari (dalang), dan seorang penari bodor. Penari bodor ini khusus
untuk mengganti pada saat penari utama (dalang) beristirahat, dan biasanya
penari bodor ini untuk menyemarakan suasana pentas agar tidak terasa jenuh.
Namun sampai saat ini tari Trebang Randu Kentir masih dominan ditarikan oleh
penari laki-laki, sehingga kini sulit dicari penggantinya, karena secara
material belum dapat menjamin kesejahteraan yang lebih baik bagi penarinya.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang diajukan dalam penulisan ini berupa beberapa pertanyaan yaitu :
- Bagaimana cara penyajian tari Trebang
Randu Kentir menjadi penyajian yang baru?
C.
Tujuan Penulisan
-
Sebagai informasi bagi mereka yang ingin
mengetahui tata cara penyajian tari Trebang Randu Kentir.
-
Untuk menghormati para seniman yang
menciptakan dan masih melestarikan tari Trebang Randu Kentir di......tersebut.
D.
Tinjauan Sumber
Pustaka
di bawah ini merupakan tulisan berupa majalah, buku, dan hasil penelitian yang
berkaitan dengan judul yang diajukan. Salah satu buku yang dijadikan rujukan
dalam karya tulis ini Supali Kasim, Saptaguna yang berjudul Fenomena dan
Dinamika Seni Tradisi Indramayu. Dalam buku tersebut dibahas latar belakang
kesenian tari Trebang Randu Kentir,
iringan musik tari Trebang Randu Kentir
dan koreografi tari Trebang Randu Kentir.
Didapat pula data yang serupa namun lebih lengkap dari bahasa buku tersebut
yaitu dari Hasil Penelitian yang disusun Achmad Hidayat dkk. Pada Hasil
Penelitian dibahas lebih lanjut mengenai Struktur penyajian Trebang Randu Kentir termasuk iringan
musik yang disajikan pada pertunjukan tari Trebang
Randu Kentir, tata rias busana, dan pola lantai pada tari Trebang Randu Kentir. Didapat pula
Skripsi Tugas Akhir yang berjudul Perjalanan Fungsi Tari Trebang Randu Kentir yang ditulis oleh Ponimin. Didapat pula buku
Materi Pokok PGSD Pendidikan Seni Musik-Tari/Drama Universitas Terbuka yang
ditulis oleh Widia Pekerti dkk.
E.
Metode Pendekatan
Agar
diperoleh data yang selengkap-lengkapnya maka dilakukan langkah-langkah
penelitian berupa studi pustaka, observasi, wawancara, analisa data serta
menuangkannya dengan sistematika penulisan yang telah ditetapkan.
1. Studi
Pustaka
Pengumpulan data melalui
kepustakaan merupakan studi awal guna mendapatkan informasi secara tertulis.
Data yang diperoleh berupa buku, diktat, majalah ilmiah, artikel, laporan
penelitian, yang berhubungan dengan sasaran penelitian maupun yang menunjang
permasalahan.
2. Observasi
Pengumpulan data yang
dilaporkan melalui pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti,
dengan cara melihat pertunjukan kesenian tari Trebang Randu Kentir dengan
pengamatan objektif tentang fenomena sosial yang terjadi dengan pengamatan dan
pencatatan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan baik
saat pertunjukan maupun mengadakan wawancara khusus dengan nara sumber untuk
mendapatkan keterangan yang diperlukan. Wawancara yang digunakan meliputi dua
cara yaitu wawancara terarah (sesuai dengan pertanyaan yang diajukan), dan
wawancara tak terarah (memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan
keterangan). Sebagai upaya lain untuk menggali keterangan data yang akurat,
maka dilakukan pula wawancara beberapa narasumber, baik dari para pelaku
kesenian, masyarakat, maupun pemerintah daerah yang mengayominya.
4. Analisa
Data
Analisa data dilakukan
setelah mendapatkan gambaran data yang jelas serta akurat mengacu pada bahan
penelitian, setelah data diperoleh kemudian data diolah dengan memisah-misahkan
data yang diperlukan dalam penulisan ini.
F. Rancangan
Sketsa Garap
1. Desain
Koreografi
Seperti kesenian lain, tari
Trebang Randu Kentir pun dalam setiap tarian memiliki struktur yang jelas, hal ini bisa dilihat
misalnya pada tari Salu-salu (tarian pembuka). Diambilnya tari Salu-salu
(tarian pembuka) sebagai bahan kajian sehubungan dengan penelitian, dan selain
itu karena penulis beranggapan bahwa di dalam penyajian tari tersebut memiliki
ketiga bagian seperti telah disebutkan diatas yaitu :
Pertama :
Adapun koreografi tersebut sebagai berikut :
a. Bagian
pertama salu-salu , terdiri dari : kibuana , lontang bolak-balik, pasang
dalung, bolak-balik tumpi,cantel, joged miring.
b. Bagian
kedua sinjang Wulung, terdiri dari : Kibuana , Lontang, Tunggak Kebanjiran,
Urang Unggut, Dederan.
c. Bagian
ketiga Serogan, Randa Ngawe, Bebek Ngoyor, Olah Sumping, Depok, Sembahan
(akhir).
2. Desain
Karawitan Tari
Alat
musik yang terdapat pada kesenian Trebang Randi Kentir kiranya termasuk pada
jenis musik ensambel kecil, karena kesenian tersebut menggunakan beberapa
instrumen saja. Adapun macam-macam instrumen tersebut yaitu :
Prontong, Blangber, Kendang, Ketipung, Kecrek
dan Klenang. Walaupun alat musik tersebut termasuk pada ensambel kecil, tetapi
cukup memadai sebagai suatu orkestrasi musik untuk mengiringi tarian, karena di
dalamnya sudah terdapat beberapa unsur musikal yang mampu menmgungkapkan isi
tarian. Diantaranya unsur : ritmis, tempo, warna nada, melodi dan dinamika.
Kesederhanaan alat musik tersebut telah mampu membuat ekspresi musik yang
harmonis, sehingga menjadi ciri khas musik Trebang Randu Kentir. Dan itulah
kiranya puncak rasa musikal iringan tari Trebang Randu Kentir yang menjadikan
rasa mantap pada isi/nilai yang terkandung dalam tarian tersebut. Ritmis yang
ditimbulkan oleh melodi kendang adalah merupakan salah satu rasa mantap penari
yang membawakan tarian pada kesenian itu.
Kesederhanaan musikal
semacam itu adalah suatu hal yang mudah dicerna rakyat. Selain itu perlu
diingat pula latar belakangkeseniannya.
Instrumen
musik yang terbuat dari kayu dan kulit terutama kendang telah lama dikenal di
Jawa Barat. Sedangkan instrumen musik lainnya datang dan berintegrasi kemudian
oleh karenanya ritmis yang ditimbulkan oleh suara kendang merupakan puncak rasa
mantap penari rakyat pada umumnya dan penari Trebang Randu Kentir khususnya.
Selain itu perlu pula menjadi catatan, bahwa nama-nama instrumen musik yang ada
didaerah kita pada umumnya mirip dengan bunyi yang ditimbulkan oleh alat
tersebut.
A. Waditra
Pengiring Tari Trebang Randu Kentir
Waditra pengiring yang
dipergunakan pada kesenian Trebang Randu Kentir sebagai berikut :
-
Kendang indung besar 2 buah
-
Ketipung (kendang kecil/kulanter) 1 buah
-
Blangber (trebang besar) 1 buah
-
Terungtung/prontong (trebang kecil) 1 buah
-
Klenang (ketuk) 2 buah
-
Kecrek 1 buah
Pada waktu pertunjukan
waditra dimainkan sambil duduk sila, sedangkan masing-masing waditra mempunyai
fungsi di dalam mengiringi setiap tarian misalnya :
-
Kendang indung dan ketipung fungsinya untuk
mengatur (konduktor) keseluruhan irama tari dengan memberi intensitas
kuat-lemah, cepat-lambat, dan mengatur dinamika serta mempertebal kekuatan
setiap gerak yang terungkap melalui yang tertatap dalam kasat mata penari.
-
Blangber (trebang besar) berfungsi untuk
mempertegas tekanan penuh pada akhir kalimat lagu (goong) atau memanisnya.
-
Terungtung/prontong berfungsi sebagai kempul
dan memperkuat ritme kendang atau memberi ketebalan dinamika kendang, serta
saling mengisi dengan ritme tabuhan
klenang.
-
Klenang berfungsi untuk mengatur ritme lagu
atau mengatur ketetapan ritme.
-
Kecrek berfungsi sebagai aksentuasi terhadap
tekanan gerak dan mempertajam kekuatan tepak kendang.
Adapun lagu-lagu Pengiring
tari yang digunakan dalam tarian ini adalah :
1. Lagu
Salu-salu
2. Lagu
Sinjang Wulung
3. Lagu
Lontang
4. Lagu
Deder
5. Lagu
Serogan
6. Lagu
Tunggak Kebanjiran
7. Lagu
Gentong Kali
3. Desain
Artistik
Tata
rias dan busana kesenian Trebang Randu Kentir pada waktu pertunjukan sederhana
sekali. Terkadang seperti apa adanya, tuntutan artistik yang tertatap tidak
mementingkan property maupun asesoris yang rumit. Tetapi kebersahajaan itulah
merupakan nilai artistiknya. Dipertegas pula oleh Edi Sedyawati bahwa tata rias
dan tata busana penampilan tari rakyat sangat sederhana (Edi Sedyawati, 1986,
hal. 171)
Pada
waktu pertunjukan kesenian Trebang Randu Kentir menggunakan rias dan busana
yang terdiri dari :
a. Iket
wulung berwarna merah muda dengan motif batik kembang jeruk yang terbuat dari
kain batik Paoman.
b. Rawis dengan warna merah muda, biru, kuning.
c. Baju
kutungan berwarna merah muda, terbuat dari batik Paoman.
d. Sinjang
lereng paoman berwarna merah muda.
e. Dasi
atau ombyok berwarna merah.
f. Sampur
berwarna Kuning.
g. Mongkrong
berwarna merah muda.
Di
Pertunjukan seni Trebang Randu Kentir juga terdapat sesaji, seperti Air putih,
kopi hitam, bunga tujuh rupa, beras, kelapa hijau, ketan merah, serabi merah,
serabi putih, ayam bekakak (pengurip) untuk lancar segala halangannya.
G. Sistematika
Penulisan
Untuk mempermudah gambaran isi penulisan
Karya Seni , penulis merumuskan sistematika penulisan karya seni sebagai
berikut :
1. Bagian
Awal
Berisi
tentang : Cover, lembar pengesahan, Kata pengantar, Daftar Isi.
2. Bagian
Isi penulisan Karya Seni
BAB
I PENDUHULUAN
Berisi
tentang : latar belakang (alasan pemilihan judul), identifikas, rumusan
masalah, tujuan penulisan,sumber pustaka, metode pendekatan, rancangan sketsa
garap, sistematika penulisan,rancangan jadwal kegiatan.
3. Bagian
Akhir
Daftar
Pustaka yang berfungsi sebagai bahan acuan dalam mengadakan penulisan karya
seni, lampiran-lampiran untuk memperkuat pembuktian dalam penulisan karya seni.
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji
serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang, kemudahan,
kekuatan, dan petunjuk yang merupakan limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikanPenulisan Karya Seni ini yang berjudul “tari Trebang Randu
Kentir”.
Adapun tujuan dari penulisan
karya seni ini adalah untuk memenuhi
Tugas Akhir sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Seni.
Dalam menyelesaikan penulisan Karya Seni ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk itu dengan setulus
hati, penulis berterimakasih kepada :
1. Bapak
Dindin Rasidin.M,sn selaku Ketua Jurusan Seni Tari
2. Bapak
Dede Jaelani dan Ibu Ida, sebagai informan yang banyak memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada penulis.
3. Kedua
Orang Tua, yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, pengertian,
perhatian, dan semangat yang tulus kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Seni ini, maka Karya Seni ini penulis persembahkan kepada
kalian sebagai tanda cinta dan bakti penulis. Semoga ini adalah awal langkah
penulis untuk membahagiakan kalian.
4. Seluruh
pendukung khususnya penari dan pemusik.
5. Kepada
semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Karya Seni ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya seni
ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk
kebaikan kemudian hari. Semoga penulisan Karya Seni ini berguna bagi pembaca,
khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa Jurusan Seni Tari.
Penulis
Dwi Septiani K.W
LEMBAR
PENGESAHAN
DAFTAR ISI
Halaman Judul
LEMBAR
PENGERSAHAN...............................................................................i
KATA
PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah...........................................................................4
C.
Tujuan
Penulisan.............................................................................4
D.
Tinjauan
Sumber.............................................................................5
E.
Metode
Pendekatan........................................................................5
F.
Rancangan Sketsa
Garap...............................................................6
G.
Sistematika
Penulisan.....................................................................
H.
Rancangan Jadwal Kegiatan
Latihan..............................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
H. JADWAL
KEGIATAN LATIHAN
No.
|
Hari
|
Tanggal
|
Tempat
|
Ket
|
1.
|
Minggu
|
2 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
2.
|
Senin
|
3 Februari 2014
|
SMAN 1 LOSARANG
|
Latihan
|
3.
|
Selasa
|
4 Februari 2014
|
SMAN 1 LOSARANG
|
Latihan
|
4.
|
Rabu
|
5 Februari 2014
|
SMAN 1 LOSARANG
|
Latihan
|
5.
|
Kamis
|
6 Februari 2014
|
SMAN 1 LOSARANG
|
Latihan
|
6.
|
Jum’at
|
7 Februari 2014
|
SMAN 1 KANDANGHAUR
|
Latihan
|
7.
|
Sabtu
|
8 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
8.
|
Selasa
|
11 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
9.
|
Rabu
|
12 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
10.
|
Kamis
|
13 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
11.
|
Jum’at
|
14 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
12.
|
Sabtu
|
15 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
13.
|
Minggu
|
16 Februari 2014
|
Sanggar Asem Gede
|
Latihan
|
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi
Latihan